باب الصبر
Sabar
قال الله تعالى : }
((آل عمران :
200)
وقال تعالى
{ولنبلونكم بشيء من
الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين}
(( البقرة :
155))
وقال تعالى : {إنما
يوفى الصابرون أجرهم
بغير حساب}
((الزمر:
10))
وقال تعالى: {ولمن
صبر وغفر إن ذلك لمن
عزم الأمور}
((الشورى :
43))
وقال تعالى: {استعينوا
بالصبر والصلاة
إن الله مع الصابرين}
((محمد :
31))
والآيات في الأمر
بالصبر وبيان فضله كثيرة معروفة.
Allah Ta'ala
berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman,
bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu."
(ali-lmran: 200)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Niscayalah Kami akan
memberikan cubaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar."
(al-Baqarah: 155)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang
yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya -
karena amat banyaknya."
(az-Zumar: 10)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal
yang demikian itu niscayalah termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan
hati yang teguh."
(as-Syura: 43)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Mintalah pertolongan dengan
sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar." (al-Baqarah:
153)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami hendak
menguji kepadamu semua, sehingga Kami dapat mengetahui siapa di antara
engkau semua itu yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang
yang bersabar."
(Muhammad: 31)
Ayat-ayat yang mengandungi
perintah untuk bersabar dan yang menerangkan keutamaan sabar itu amat
banyak sekali dan dapat dimaklumi.
25-
وعن أبي مالك الحارث بن
عاصم الأشعري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
"الطهور
شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن -أو
تملأ- ما
بين السماوات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن
حجة لك أو
عليك. كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها، أو موبقها"
((رواه مسلم)).
25. Dari Abu Malik al-Harits bin
Ashim al-Asy'ari r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersuci adalah separuh keimanan
dan Alhamdulillah itu memenuhi imbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah
itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada di antara
langit-langit dan bumi. Shalat adalah pahala, sedekah adalah sebagai
tanda - keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya
pula, al-Quran adalah merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu - jikalau
mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya - dan
dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu - jikalau tidak mengikuti
perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap
orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual dirinya - kepada Allah -
berarti ia memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa Allah Ta'ala itu -
dan ada yang merosakkan dirinya sendiri pula - karena tidak menginginkan
keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam Hadis ini ialah:
(a)
Bersuci yakni menyucikan diri dari hadas dan kotoran.
(b)
Memenuhi neraca karena sangat besar pahalanya, hingga neraca akhirat
penuh dengan ucapan itu saja.
(c) Artinya andaikata pahalanya itu dibentuk menjadi jisim yang nampak,
pasti dapat memenuhi langit dan bumi.
(d)
Shalat adalah cahaya yakni cahaya yang menerangi kita ke jalan yang
diredhai Allah. Sebab orang yang tidak suka bersembahyang pasti hati
nuraninya tertutup daripada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.
(e)
Sedekah yang sunnah atau wajib (zakat) itu merupakan kenyataan yang
menunjukkan bahwa orang itu benar-benar telah melakukan perintah Allah.
(f)
Al-Quran itu hujjah (keterangan) bagimu yakni membela dirimu kalau
engkau suka melakukan isinya. Atau juga keterangan atasmu yakni
mencelakakan dirimu yaitu kalau engkau menyalahi apa-apa yang menjadi
perintah Allah.
(g)
Kita di dunia ini ibarat orang yang sedang dalam berpergian ke lain
tempat yang hanya terbatas sekali waktunya. Di tempat itu kita menjual
diri yakni memperjuangkan nasib untuk hari depan seterusnya yang kekal
iaitu di akhirat. Tetapi di dalam memperjuangkan itu, ada di antara kita
yang memerdekakan diri sendiri yakni melakukan semua amat baik dan
perintah-perintah Allah, sehingga diri kita merdeka nanti di syurga.
Tetapi ada pula yang merusak dirinya sendiri karena melakukan
larangan-larangan Allah hingga rusaklah akhirnya nanti di dalam neraka,
amat pedih siksa yang ditemuinya.
26-
وعن أبي سعيد سعد بن
مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما: "أن ناساً من الأنصار سألوا رسول
الله صلى
الله عليه وسلم فأعطاهم، ثم سألوه فأعطاهم ، حتى نفد ما عنده، فقال لهم حين
أنفق كل
شيء بيده : "ما يكن عندي من خير فلن أدخره عنكم ، ومن يستعفف يعفه
الله، ومن
يستغن يغنه الله، ومن يتصبر يصبره الله. وما أعطي أحد عطاءً خيراً وأوسع
من
الصبر"
((متفق عليه)) .
26. Dari Abu Said iaitu Sa'ad
bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada
beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah
s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka
meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang
ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu
dengan tangannya itu beliau bersabda:
"Apa saja kebaikan - yakni harta
- yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan ku simpan sehingga
tidak ku berikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak
ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari
meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh
Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi
kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku
sabar maka akan dikurnia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang
dikurniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya
- daripada kurnia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)
27-
وعن أبي يحيى صهيب بن
سنان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "عجبا لأمر
المؤمن إن
أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن : إن أصابته سراء شكر فكان
خيراً له،
وإن أصابته ضراء صبر فكان خيراً له"
((رواه مسلم)).
27. Dari Abu Yahya, iaitu
Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengherankan sekali
keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah
merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan
ada lagi seseorang pun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur-lah,
maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh
kesukaran - yakni yang merupakan bencana - ia pun bersabar dan hal ini
pun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)
28-
وعن أنس رضي الله عنه
قال: لما ثقل النبي صلى الله عليه وسلم جعل يتغشاه الكرب فقالت فاطمة رضي
الله
عنها: واكرب أبتاه. فقال : "ليس على أبيك كرب بعد اليوم" فلما
مات قالت
: يا أبتاه أجاب رباً دعاه، يا أبتاه جنة الفردوس مأواه، يا أبتاه إلى
جبريل
ننعاه، فلما دفن قالت : فاطمة رضي الله عنها: أطابت أنفسكم أن تحثوا
على رسول
الله صلى الله عليه وسلم التراب؟ ((رواه البخاري)).
28. Dari Anas r.a. katanya: "Ketika
Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka beliau pun diliputi oleh kedukaan
- karena menghadapi sakaratulmaut, kemudian Fathimah radhiallahu 'anha
berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Ayahmu tidak akan memperolehi kesukaran lagi sesudah hari ini."
Selanjutnya setelah beliau s.a.w.
wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi
panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat
kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita
wafatnya."
Kemudian setelah beliau
dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai Anas, mengapa
hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam
Rasulullah s.a.w itu?"
Maksudnya: Melihat betapa besar
kecintaan para sahabat kepada beliau s.a.w. itu tentunya akan merasa
tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah s.a.w. dengan
tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam
belaka dan tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai
berbuat demikian, tetapi sudah demikian itulah yang diperintahkan oleh
beliau s.a.w. sendiri." (Riwayat Bukhari)
29-
وعن أبي زيد أسامة بن
زيد بن حارثة مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم وحبه وابن حبه، رضي الله
عنهما،
قال: أرسلت بنت النبي صلى الله عليه وسلم : إن ابني قد احتضر فاشهدنا،
فأرسل
يقرئ السلام ويقول: "إن لله ما أخذ، وله ما أعطى، وكل شيء عنده بأجل
مسمى،
فلتصبر ولتحتسب" فأرسلت إليه تقسم عليه ليأتينها. فقام ومعه سعد بن
عبادة،
ومعاذ بن جبل، وأبي بن كعب، وزيد بن ثابت، ورجال رضي الله عنهم، فرفع إلى
رسول الله
صلى الله عليه وسلم الصبي فأقعده في حجره ونفسه تقعقع، ففاضت عيناه، فقال
سعد: يا
رسول الله ماهذا؟ فقال: "هذه رحمة جعلها الله تعالى في قلوب عباده"
وفى
رواية : "في قلوب من شاء من عباده وإنما يرحم الله من عباده
الرحماء"
((متفق عليه)) .
ومعنى تقعقع : تتحرك وتضطرب.
29. Dari Abu Zaid, iaitu Usamah
bin Zaid bin Haritsah, sahaya Rasulullah s.a.w. serta kekasihnya serta
putera kekasihnya pula radhiallahu 'anhuma, katanya: "Puteri Nabi s.a.w.
mengirimkan berita kepada Nabi s.a.w. -bahwa anakku sudah hampir
meninggal dunia, maka dari itu diminta supaya menyaksikan keadaan kita."
Kita: yakni yang akan meninggal serta yang sedang menungguinya. Beliau
lalu mengirimkan khabar sambil menyampaikan salam, katanya: "Sesungguhnya
bagi Allah adalah apa yang Dia ambil dan bagiNya pula apa yang Dia
berikan dan segala sesuatu di sampingnya itu adalah dengan ajal yang
telah ditentukan, maka hendaklah bersabar dan berniat mencari keredhaan
Allah."
Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan
berita lagi serta bersumpah nadanya supaya beliau suka mendatanginya
dengan sungguh-sungguh. Beliau s.a.w. lalu berdiri dan disertai oleh
Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit
dan beberapa orang lelaki lain radhiallahu 'anhum.
Anak kecil itu lalu disampaikan
kepada Rasulullah s.a.w., kemudian diletakkannya di atas pangkuannya
sedang nafas anak itu termengah-mengah. Kemudian melelehlah airmata dari
kedua mata beliau s.a.w. itu. Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah, apakah itu?"
Beliau s.a.w. menjawab: "Airmata ini adalah sebagai kesan dari
kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati para hambaNya."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam
hati siapa saja yang disukai olehNya daripada hambaNya. Hanya saja Allah
itu merahmati dari golongan hamba-hambaNya yakni orang-orang yang
menaruh belas kasihan - pada sesamanya."
(Muttafaq 'alaih)
Makna Taqa'qa'u ialah
bergerak dan bergoncang keras (berdebar-debar).
30-
وعن صهيب رضي الله عنه
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " كان ملك فيمن كان قبلكم، وكان
له
ساحرٌ، فلما كبر قال للملك : إني قد كبرت فابعث إلى غلاماً أعلمه السحر؛
فبعث
إليه غلاماً يعلمه، وكان في طريقه إذا سلك راهبٌ، فقعد إليه وسمع كلامه
فأعجبه،
وكان إذا أتى الساحر مر بالراهب وقعد إليه، فإذا أتى الساحر ضربه، فشكا ذلك
إلى
الراهب فقال: إذا خشيت الساحر فقال: حبسني أهلي، وإذا خشيت أهلك فقل:
حبسني
الساحر.
فبينما هو على ذلك إذ أتى على دابةٍ عظيمةٍ قد حبست الناس فقال:
اليوم أعلم آلساحر أفضل أم الراهب أفضل؟ فآخذ حجراً فقال: اللهم إن كان
أمر
الراهب أحب إليك من أمر الساحر فاقتل هذه الدابة حتى يمضي الناس، فرماها
فقتلها
ومضى الناس، فأتى الراهب فأخبره. فقال له الراهب: أي بني أنت اليوم
أفضل مني،
قد بلغ أمرك ما أرى، وإنك ستبتلى، فإن ابتليت فلا تدل علي؛ وكان الغلام
يبرئ الأكمه
والأبرص، ويداوي الناس من سائر الأدواء. فسمع جليس للملك كان قد عمي،
فأتاه
بهدايا كثيرةٍ فقال: ما هاهُنا لك أجمع إن أنت شفيتنى، فقال: إني لا
أشفي أحداً
إنما يشفى الله تعالى، فإن آمنت بالله دعوت الله فشفاك، فآمن بالله تعالى
فشفاه
الله تعالى، فأتى الملك فجلس إليه كما كان يجلس فقال له الملك: من ردّ
عليك
بصرك؟ فقال: ربي قال: ولك رب غيري ؟( قال: ربي وربك الله،
فأخذه فلم
يزل يعذبه حتى دل على الغلام، فجئ بالغلام فقال له الملك: أى بني قد بلغ
من سحرك
ما تبرئ الأكمه والأبرص وتفعل وتفعل فقال: إني لا أشفي أحداً، إنما يشفي
الله
تعالى، فأخذه فلم يزل يعذبه حتى دل على الراهب؛ فجيء بالراهب فقيل له:
ارجع عن
دينك، فأبى ، فدعا بالمنشار فوضع المنشار في مفرق رأسه، فشقه حتى وقع شقاه،
ثم جيء
بجليس الملك فقيل له: ارجع عن دينك فأبى، فوضع المنشار في مفرق رأسه،
فشقه به حتى
وقع شقاه، ثم جيء بالغلام فقيل له ارجع عن دينك فأبى، فدفعه إلى نفر من
أصحابه
فقال: اذهبوا به إلى جبل كذا وكذا فاصعدوا به الجبل فقال: اللهم
اكفنيهم بما
شئت، فرجف بهم الجبل فسقطوا، وجاء يمشي إلى الملك، فقال له الملك: ما فعل
أصحابك؟ فقال: كفانيهم الله تعالى، فدفعه إلى نفر من أصحابه فقال :
اذهبوا به
فاحملوه في قرقور وتوسطوا به البحر، فإن رجع عن دينه وإلا فاقذفوه، فذهبوا
به
فقال: اللهم اكفنيهم بما شئت، فانكفأت بهم السفينة فغرقوا، وجاء يمشي إلى
الملك. فقال له الملك : ما فعل أصحابك؟ فقال: كفانيهم الله
تعالى. فقال
الملك إنك لست بقاتلي حتى تفعل ما آمرك به. قال : ما هو؟ قال :
تجمع الناس
في صعيد واحد، وتصلبني على جذع ، ثم خذ سهماً من كنانتي، ثم ضع السهم في
كبد القوس
ثم قل: بسم الله رب الغلام ثم ارمني، فإنك إن فعلت ذلك قتلتني . فجمع
الناس في
صعيد واحد، وصلبه على جذع، ثم أخذ سهما من كنانته، ثم وضع السهم في كبد
القوس، ثم
قال: بسم الله رب الغلام، ثم رماه فوقع السهم في صدغه، فوضع يده في صدغه
فمات.
فقال الناس آمنا برب الغلام، فأتى الملك فقيل له: أرأيت ما كنت تحذر قد
والله نزل
بك حذرك. قد آمن الناس. فأمر بالأخدود بأفواه السكك فخدت وأضرم فيها
النيران
وقال: من لم يرجع عن دينه فأقحموه فيها أو قيل له : اقتحم ، ففعلوا حتى
جاءت
امرأة ومعها صبى لها، فتقاعست ان تقع فيها، فقال لها الغلام: يا أماه
اصبري فإنك
على الحق"
((رواه مسلم)).
ذروة الجبل : أعلاه، وهى بكسر الذال المعجمة وضمها و القرقور
بضم القافين : نوع من السفن و الصعيد هنا : الأرض البارزة و
الأخدود : الشقوق في الأرض كالنهر الصغير و أضرم أوقد
وانكفأت أي : انقلبت، وتقاعست : توقفت وجبنت
30. Dari Shuhaib r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dahulu ada seorang raja dari
golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli
sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya
saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan
saya beri pelajaran ilmu sihir."
Kemudian raja itu mengirimkan
padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah perjalanannya
apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, ia pun
duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya.
Apabila ia telah
datang di tempat penyihir - yakni dari
pelajarannya, ia pun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ -
untuk mendengarkan ajaran-ajaran Tuhan yang disampaikan olehnya.
Selanjutnya apabila datang di tempat penyihir, ia pun dipukul olehnya -
karena kelambatan datangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak
itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada
penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan
jikalau engkau takut pada keluargamu,
maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir."
Pada suatu ketika di waktu ia
dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan
di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang
banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari
ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah
pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian
berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu
daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga
orang-orang banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya
dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia
lalu mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itu pun
berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku
sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri dapat
memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cubaan, maka jikalau
engkau terkena cubaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."
Anak itu lalu dapat menyembuhkan
orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengubati orang banyak dari
segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk - yakni
sahabat karib - raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu
dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata:
"Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau
dapat menyembuhkan aku." Anak itu
berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, bahwasanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau tuan
suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdo'a kepada Allah, semoga
Dia suka menyembuhkan tuan. Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah
Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus
duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian
bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya:
Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku."
Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari
diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Kawannya itu
lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan padanya,
sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan
kesembuhannya. Anak itu pun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai
anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang
buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat
pula melakukan itu." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembuhkan seseorang pun, bahwasanya Allah Ta'ala jualah yang
menyembuhkannya." Anak itu pun ditindaknya, dan terus-menerus diberikan
siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendeta pun
didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!"
Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja
dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja
meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di
tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan
kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu
itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Ia pun
enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pula lah gergaji itu di
tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu.
Seterusnya didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah
dari agamamu." la pun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan
kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke
gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau
semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari
agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah
ia dari atas gunung itu." Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya,
kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah
hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itu pun
bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu
berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh
kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari
tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok
sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan membawa
anak ini dalam sebuah tongkang dan belayarlah sampai di tengah lautan.
Jikalau ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika
tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi
membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari
orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik,
maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat
raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?"
Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka."
Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya,
sehingga Tuan suka melakukan apa yang ku perintahkan." Raja bertanya: "Apakah
itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu
dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak
panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada
busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus
lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua
itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Raja mengumpulkan semua orang di
suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian
mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak
panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini."
Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak
tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian
meninggal dunia.
Orang-orang yang berkumpul itu
sama berkata: "Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini." Raja
didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang
selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan
takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya.
Orang-orang semuanya telah beriman."
Raja memerintahkan supaya
orang-orang itu digiring di celah-celah bumi - yang bertebing dua
kanan-kiri - iaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan
dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari
agamanya, maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya
melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang
sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik
lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya.
Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya.
Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya
ibu adalah menetapi atas kebenaran." (Riwayat Muslim)
Dzirwatul
jabal ertinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan kasrahnya dzal
mu'jamah atau dhammahnya. Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya,
adalah suatu macam dari golongan perahu. Ashsha'id di sini artinya bumi
yang menonjol (bukit). Al-ukhduud ialah beberapa belahan di bumi seperti
sungai kecil. Adhrama artinya menyalakan. Inkafa-at artinya berubah.
Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju dan pula merasa
ketakutan.
31-
وعن أنس رضي الله عنه
قال: مر النبي صلى الله عليه وسلم بامرأة تبكي عند قبر فقال : "اتقي
الله
واصبري" فقالت : إليك عني ، فإنك لم تصب بمصيبتي ( ولم تعرفه،
فقيل لها
: إنه النبي صلى الله عليه وسلم ، فأتت باب النبي صلى الله عليه وسلم،
فلم تجد
عنده بوابين، فقالت: لم أعرفك، فقال: "إنما الصبر عند الصدمة
الأولى"
((متفق عليه)) .
((وفى رواية لمسلم)): تبكي على
صبي لها .
31. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui
seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau
bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu berkata:
"Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena mushibah
sebagaimana yang mengenai
diriku dan Tuan
tidak mengetahui mushibah apa itu." Wanita tersebut diberitahu –
oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara tadi adalah Nabi
s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu
tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya
memang tidak mengenai Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi."
Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Bahwasanya bersabar - yang sangat
terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
"Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."
Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan
mushibah yang pertama," bukan berarti ketika mendapatkan mushibah yang
pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi di saat baru terkena
mushibah itu ia bersabar, baik mushibah itu yang pertama kalinya atau
keduanya, ketiganya dan selanjutnya.
Jadi kalau sesudah sehari atau
dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah berhati sabar tertimpa
mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama kali,
sebab sudah terlambat.
32-
وعن أبي هريرة رضي الله
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " يقول الله تعالى : ما
لعبدي
المؤمن عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا
الجنة"
((رواه البخاري)).
32. Dari Abu Hurairah r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman:
"Tidak
ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku
mengambil - mematikan - kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia
mengharapkan keredhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan
syurga." (Riwayat Bukhari)
33-
وعن عائشة رضي الله
عنها أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون، فأخبرها أنه كان
عذاباً
يبعثه الله تعالى على من يشاء، فجعله الله تعالى رحمة للمؤمنين، فليس من
عبد يقع في
الطاعون فيمكث في بلده صابراً محتسباً يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله
له إلا
كان له مثل أجر الشهيد"
((رواه البخاري)).
33. Dari Aisyah radhiallahu 'anha,
bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal penyakit taun,
lalu beliau memberi-tahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah
sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang
dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh
Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hamba pun yang
tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan
mengharapkan keredhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak
akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya,
kecuali ia akan memperolehi seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat
Bukhari)
34-
وعن أنس رضي الله عنه
قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : "إن لله عزوجل قال:
إذا
ابتليت عبدي بحبيبتيه فصبر عوضته منهما الجنة"
يريد عينيه
،
((رواه البخاري)).
34. Dari Anas r.a., katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azza wa jalla
berfirman:
"Jikalau Aku memberi cobaan
kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya - yakni menjadi buta,
kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga kerana
kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu." (Riwayat Bukhari)
35-
وعن عطاء بن أبي رباح
قال: قال لي ابن عباس رضي الله عنهما: ألا أريك امرأة من أهل الجنة "
فقلت:
بلى، قال: هذه المرأة السوداء أتتت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت :
إني أصرع،
و إني أتكشف، فادع الله تعالى لي قال: "إن شئت صبرت ولك الجنة، وإن شئت
دعوت
الله تعالى أن يعافيك" فقالت: أصبر، فقالت: إني أتكشف ، فاد الله أن
لا أتشكف
، فدمعا لها.
((متفق عليه)) .
35. Dari 'Atha' bin Abu Rabah,
katanya: "Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan padaku: "Apakah
engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?"
Saya berkata: "Baiklah." Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah
datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang
oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu saya membuka aurat tubuhku.
Oleh karenanya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah - agar
saya sembuh." Beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau suka hendaklah
bersabar saja dan untukmu adalah syurga, tetapi jikalau engkau suka maka
saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar penyakitmu itu
disembuhkan olehNya." Wanita itu lalu berkata: "Saya bersabar," lalu
katanya pula: "Sesungguhnya kerana penyakit itu, saya membuka aurat
tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya kepada
Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu." Nabi s.a.w. lalu
mendoakan untuknya - sebagaimana yang dikehendakinya itu." (Muttafaq 'alaih)
36-
وعن أبي عبد الرحمن عبد
الله بن مسعود رضي الله عنه قال: كأني انظر إلى رسول الله صلى الله عليه
وسلم
يحكي نبياً من الأنبياء، صلوات الله وسلامه عليهم، ضربه قومه فأدموه وهو
يمسح الدم
عن وجهه، يقول : "اللهم اغفر لقومى فإنهم لا يعلمون"
((متفق عليه)) .
36. Dari Abu Abdur Rahman, yaitu
Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan saya melihat kepada
Rasulullah s.a.w. sedang menceritakan tentang seorang Nabi dari sekian
banyak Nabi-nabi shalawatullah wa salamuhu 'alaihim. Beliau dipukuli
oleh kaumnya, sehingga menyebabkan keluar darahnya dan Nabi tersebut
mengusap darah dari wajahnya sambil mengucapkan: "Ya Allah ampunilah
kaum hamba itu, sebab mereka itu memang tidak mengerti." (Muttafaq 'alaih)
37-
وعن أبي سعيد وأبي
هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "ما يصيب
المسلم من نصب
ولا وصب ولا هم ولا حزن ولا أذى ولا غم، حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله
بها من
خطاياه"
((متفق عليه)) .
و
الوصب : المرض
37. Dari Abu Said dan Abu
Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidak suatu pun yang mengenai
seseorang muslim - sebagai mushibah - baik dari kelelahan, tidak pula
sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan
datang atau pun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti -
yakni sesuatu yang tidak menepati kehendak hatinya, ataupun kesedihan -
segala macam dan segala waktunya, sampai pun sebuah duri yang masuk
dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya
dengan sebab apa-apa yang mengenainya-yakni sesuai dengan mushibah yang
diperolehinya- itu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Kesakitan apapun yang diderita
oleh seseorang mu'min, ataupun bencana dalam bentuk bagaimana yang
ditemui olehnya itu dapat membersihkan dosa-dosanya dan berpahalalah ia
dalam keadaan seperti itu, tetap bersabar dan tabah. Sebaliknya jikalau
tidak sabar dan uring-uringan serta mengeluarkan kata-kata yang tidak
sopan, maka bukan pahala yang didapatkan, tetapi makin menambah besarnya
dosa. Oleh sebab itu jikalau kita tertimpa oleh kesakitan atau
malapetaka, jangan sampai malahan melenyapkan pahala yang semestinya
kita peroleh.
38-
وعن ابن مسعود رضي الله
عنه قال: دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يوعك فقلت: يارسول
الله إنك
توعك وعكاً شديداً قال: "أجل إني أوعك كما يوعك رجلان منكم" قلت:
ذلك أن لك
أجرين ؟ قال: "أجل ذلك كذلك ما من مسلم يصيبه أذى؛ شوكة فما فوقها
إلا كفر
الله بها سيئاته ، وحطت عنه ذنوبه كما تحط الشجرة ورقها"
((متفق عليه)) .والوعك
: مغث الحمى، وقيل: الحمى
38. Dari Ibnu Mas'ud r.a.,
katanya: Saya memasuki tempat Nabi s.a.w. dan beliau sedang dihinggapi
penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan
dihinggapi penyakit panas yang amat sangat." Beliau kemudian bersabda: "Benar,
sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau
semua yang menjadi satu." Saya berkata lagi: "Kalau demikian Tuan
tentulah mendapatkan dua
kali pahala." Beliau bersabda: "Benar,
demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslim pun yang terkena
oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih
dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan
sebab mushibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya
sebagaimana sebuah pohon menurunkan daunnya - dan ini jikalau disertai
kesabaran."
Alwa'ku yaitu
sangat panas (dalam tubuh sebab sakit), tetapi ada yang mengatakan
panas (biasa).
39-
وعن أبي هريرة رضي الله
عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " من يرد الله به خيراً يصب
منه"
: ((رواه البخاري)).
وضبطوا
يصب :بفتح الصاد وكسرها
39. Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa oleh Allah
dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan
mushibah padanya-baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa
yang menjadi kekasihnya." (Riwayat Bukhari)
Para ulama mencatat: Yushab,
boleh dibaca fathah shadnya dan boleh pula dikasrahkan, (lalu dibaca
yushib).
40-
وعن أنس رضي الله عنه
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " لا يتمنين أحدكم الموت
لضر أصابه،
فإن كان لابد فاعلاً فليقل: اللهم أحيني ما كانت الحياة خيراً لي وتوفني
إذا كانت
الوفاة خيراً لي"
((متفق عليه)) .
40. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Janganlah seseorang dari engkau
semua itu mengharap-harapkan tibanya kematian dengan sebab adanya
sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus
berbuat demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku
hidup selama kehidupanku itu masih merupakan kebaikan untukku dan
matikanlah aku apabila kematian itu merupakan kebaikan untukku." (Muttafaq
'alaih)
41-
وعن أبي عبد الله خباب
بن الأرت رضي الله عنه قال: شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو
متوسد
بردة له في ظل الكعبة، فقلنا : ألا تستنصر لنا ألا تدعو لنا؟ فقال:
قد كان من
قبلكم يؤخذ الرجل فيحفر له في الأرض فيجعل فيها ثم يؤتى بالمنشار فيوضع على
رأسه
فيجعل نصفين، ويمشط بأمشاط من الحديد ما دون لحمه وعظمه، ما يصده ذلك عن
دينه،
والله ليتمن الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخاف
إلا الله
والذئب على غنمه، ولكنكم تستعجلون"
((رواه البخاري)).
وفي رواية: وهو متوسد بردة وقد لقينا من المشركين شدة
41. Dari Abu Abdullah, iaitu
Khabbab bin Aratti r.a., katanya: "Kita mengadu kepada Rasulullah s.a.w.
dan beliau ketika itu meletakkan pakaian burdahnya di bawah kepalanya
sebagai bantal dan berada di naungan Ka'bah, kita berkata: Mengapa Tuan
tidak memohonkan pertolongan - kepada Allah - untuk kita, sehingga kita
menang? Mengapa Tuan tidak berdoa sedemikian itu untuk kita?" Beliau
lalu bersabda:
"Pernah terjadi terhadap
orang-orang sebelum mu - yakni zaman Nabi-nabi yang lalu, yaitu ada
seorang yang diambil - oleh musuhnya, karena ia beriman, kemudian
digalikanlah tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam tanah tadi,
selanjutnya didatangkanlah sebuah gergaji dan ini diletakkan di atas
kepalanya, seterusnya kepalanya itu dibelah menjadi dua. Selain itu ia
pun disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang dikenakan di bawah
daging dan tulangnya, semua siksaan itu tidak memalingkan ia dari
agamanya -yakni ia tetap beriman kepada Allah. Demi Allah nescayalah
Allah sungguh akan menyempurnakan perkara ini - yakni Agama Islam,
sehingga seseorang yang berkendaraan yang berjalan dari Shan'a ke
Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau karena takut
pada serigala atas kambingnya - sebab takut sedemikian ini lumrah saja.
Tetapi engkau semua itu hendak bercepat-cepat saja." (Riwayat Bukhari)
Dalam riwayat lain diterangkan:
"Beliau saat itu sedang berbantal burdahnya, padahal kita telah
memperolehi kesukaran yang amat sangat dari kaum musyrikin."
42-
وعن ابن مسعود رضي الله
عنه قال : لما كان يوم حنين آثر رسول الله صلى الله عليه وسلم ناساً في
القسمة،
فأعطى الأقرع بن حابس مائة من الإبل، وأعطى عيينة بن حصن مثل ذلك، وأعطى
ناساً من
أشراف العرب وآثرهم يومئذ في القسمة. فقال رجل: والله إن هذه قسمة ما
عدل فيها،
وما أريد فيها وجه الله، فقلت : والله لأخبرن رسول الله صلى الله عليه
وسلم ،
فأتيته فأخبرته بما قال: فتغير وجههه حتى كان كالصرف . ثم قال " فمن
يعدل إذا
لم يعدل الله ورسوله؟ ثم قال: يرحم الله موسى قد أوذي بأكثر من هذا
فصبر".
فقلت: لا جرم لا أرفع إليه بعدها حديثاً.
((متفق عليه))
وقوله كالصرف هو بكسر الصاد المهملة : وهو صبغ أحمر
.
42. Dari Ibnu Mas'ud r.a.,
katanya: "Ketika hari peperangan Hunain, Rasulullah s.a.w. melebihkan -
mengutamakan - beberapa orang dalam pemberian pembahagian - harta
rampasan, lalu memberikan kepada al-Aqra' bin Habis seratus ekor unta
dan memberikan kepada 'Uyainah bin Hishn seperti itu pula - seratus ekor
unta, juga memberikan kepada orang-orang yang termasuk bangsawan Arab
dan mengutamakan dalam cara pembahagian kepada mereka tadi. Kemudian ada
seorang lelaki berkata: "Demi Allah, pembahagian secara ini, sama sekali
tidak ada keadilannya dan agaknya tidak dikehendaki untuk mencari
keredhaan Allah." Saya lalu berkata: "Demi Allah, hal ini akan saya
beritahukan kepada Rasulullah s.a.w." Saya pun mendatanginya terus
memberitahukan kepadanya tentang apa-apa yang dikatakan oleh orang itu.
Maka berubahlah warna wajah beliau sehingga menjadi semacam sumba merah
- merah padam kerana marah - lalu bersabda:
"Siapakah yang dapat dinamakan
adil, jikalau Allah dan RasulNya dianggap tidak adil juga." Selanjutnya
beliau bersabda: "Allah merahmati Nabi Musa. Ia
telah disakiti dengan cara yang lebih sangat dari ini, tetapi ia tetap
sabar." Saya sendiri berkata: "Ah, semestinya saya tidak memberitahukan
dan saya tidak akan mengadukan lagi sesuatu pembicaraanpun setelah
peristiwa itu kepada beliau lagi." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Kashshirfi
dengan kasrahnya shad muhmalah, artinya sumba merah.
43-
وعن أنس رضي الله عنه
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :"إذا أراد الله بعبده خيراً
عجل له
العقوبة في الدنيا، وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به
يوم
القيامة".
وقال النبي صلى الله عليه وسلم :
"إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا أحب
قوماً ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى، ومن سخط فله السخط"
((رواه
الترمذي وقال : حديث حسن)).
43. Dari Anas r.a., berkata: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang
hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan - penderitaan - sewaktu
dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada seseorang
hambaNya, maka orang
itu dibiarkan sajalah
dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan -
siksaannya - hari kiamat."
Dan Nabi s.a.w. bersabda - juga
riwayat Anas r.a.: "Sesungguhnya besarnya balasan - pahala - itu menilik
besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai
sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cubaan. Oleh sebab itu barangsiapa
yang rela - menerima bala' tadi, ia akan memperolehi keredhaan dari
Allah dan barangsiapa yang marah-marah maka ia memperolehi
kemurkaan Allah pula."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dan ia mengatakan bahawa ini Hadis hasan.
44-
وعن أنس رضي الله عنه
قال: كان ابن لأبي طلحة رضي الله عنه يشتكي، فخرج أبو طلحة، فقبض الصبي،
فلما رجع
أبو طلحة قال: ما فعل ابني؟ قالت أم سليم وهى أم الصبي : هو أسكن ما
كان،
فقربت إليه العشاء فتعشى، ثم أصاب منها، فلما فرغ قالت: واروا الصبي،
فلما أصبح
أبو طلحة أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخبره، فقال: "أعرستم
الليلة
؟" قال: نعم ، قال: "اللهم بارك لهما، فولدت غلاماً، فقال لي أبو
طلحة:
احمله حتى تأتى به النبي صلى الله عليه وسلم، وبعث معه بتمرات، فقال:
"أمعه
شيء؟" قال: نعم، تمرات فأخذها النبي صلى الله عليه وسلم فمضغها ، ثم
أخذها من
فيه فجعلها في فيّ الصبي ، ثم حنكه وسماه عبد الله.
((متفق
عليه)) .
وفى رواية للبخاري: قال ابن عيينة : فقال رجل من الأنصار : فرأيت
تسعة أولاد كلهم قد قرؤوا القرآن ، يعنى من أولا عبد الله المولود
وفى رواية لمسلم:
مات ابن
لأبي طلحة بن أم سليم ، فقالت لأهلها لا تحدثوا أبا طلحة بابنه حتى أكون
أنا أحدثه،
فجاء فقربت إليه عشاءً فأكل وشرب، ثم تصنعت له أحسن ما كانت تصنع قبل ذلك،
فوقع
بها، فلما أن رأت أنه قد شبع وأصاب منها قالت: يا أبا طلحة، أرأيت لو أن
قوماً
أعاروا عاريتهم أهل بيت فطلبوا عاريتهم، ألهم أن يمنعوهم؟ قال: لا،
فقالت :
فاحتسب ابنك. قال: فغضب، ثم قال: تركتني حتى إذا تلطخت أخبرتني
بابني؟!
فانطلق حتى أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخبره بما كان ، فقال رسول
الله صلى
الله عليه وسلم. "بارك الله في ليلتكما" قال: فحملت، قال وكان رسول
الله
صلى الله عليه وسلم في سفر وهي معه، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا
أتى
المدينة من سفر لا يطرقها طروقاً فدنوا من المدينة، فضربها المخاض، فاحتبس
عليها
أبو طلحة، وانطلق رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يقول أبو طلحة:
إنك لتعلم
يارب أنه يعجبني أن أخرج مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا خرج، وأدخل
معه إذا
دخل، وقد احتبست بما ترى، تقول أم سليم: يا أبا طلحة ما أجد الذى كنت
أجد، انطلق،
فانطلقنا، وضربها المخاض حين قدما فولدت غلاماً. فقالت لي أمي : يا أنس
لا
يرضعه أحد حتى تغدو به على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فلما أصبح
احتملته
فانطلقت به إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم.
وذكر تمام
الحديث.
44. Dari Anas r.a., katanya:
"Abu Thalhah itu mempunyai seorang putera yang sedang menderita sakit.
Abu Thalhah keluar pergi - menghadap Nabi s.a.w., kemudian anaknya itu
dicabutlah rohnya - yakni meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah kembali -waktu
itu ia sedang berpuasa, ia berkata: "Bagaimanakah keadaan anakku?" Ummu
Sulaim, yaitu ibu anak tersebut - jadi isterinya Abu Thalhah - menjawab:
"Ia dalam keadaan yang setenang-tenangnya." Isterinya itu lalu
menyiapkan makanan malam untuknya kemudian Abu Thalhah pun makan
malamlah, selanjutnya ia menyetubuhi isterinya itu. Setelah selesai,
Ummu Sulaim berkata: "Makamkanlah anak itu." Setelah menjelang pagi
harinya Abu Thalhah mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu memberitahukan
hal tersebut - kematiannya anaknya yang ia baru mengerti setelah selesai
tidur bersama isterinya. Kemudian Nabi bersabda: "Adakah engkau berdua
bersetubuh tadi malam?" Abu Thalhah menjawab: "Ya." Beliau lalu bersabda
pula: "Ya Allah, berikanlah keberkahan pada kedua orang ini -yakni Abu
Thalhah dan isterinya. Selanjutnya Ummu Sulaim itu melahirkan seorang
anak lelaki lagi. Abu Thalhah lalu berkata padaku - aku di sini ialah
Anas r.a. yang meriwayatkan Hadis ini: "Bawalah ia sehingga engkau
datang di tempat Nabi s.a.w. dan besertanya kirimkanlah beberapa biji
buah kurma. Nabi s.a.w. bersabda: "Adakah besertanya sesuatu benda?" Ia
-Anas- menjawab: "Ya. ada beberapa biji buah kurma." Buah kurma itu
diambil oleh Nabi s.a.w. lalu dikunyahnya kemudian diambillah dari
mulutnya, selanjutnya dimasukkanlah dalam mulut anak tersebut. Setelah
itu digosokkan di langit-langit mulutnya dan memberinya nama Abdullah."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan
demikian:
Ibnu 'Uyainah berkata: "Kemudian
ada seorang dari golongan sahabat Anshar berkata: "Lalu saya melihat
sembilan orang anak lelaki yang semuanya dapat membaca dengan baik dan
hafal akan al-Quran, iaitu semuanya dari anak-anak Abdullah yang
dilahirkan hasil peristiwa malam dahulu itu. Dalam riwayat Muslim
disebutkan: "Anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu
isterinya itu berkata kepada seluruh keluarganya: "Janganlah engkau
semua memberitahukan hal kematian anak itu kepada Abu Thalhah, sehingga
aku sendirilah yang hendak memberitahukannya nanti." Abu Thalhah - yang
saat itu berpergian - lalu datanglah, kemudian isterinya menyiapkan
makan malam untuknya dan ia pun makan dan minumlah. Selanjutnya
isterinya itu memperhias diri dengan sebaik-baik hiasan yang ada padanya
dan bahkan belum pernah berhias semacam itu sebelum peristiwa tersebut.
Seterusnya Abu Thalhah menyetubuhi isterinya. Sewaktu isterinya telah
mengetahui bahawa suaminya telah kenyang dan selesai menyetubuhinya, ia
pun berkatalah pada Abu Thalhah: "Bagaimanakah pendapat kanda, jikalau
sesuatu kaum meminjamkan sesuatu yang dipinjamkannya kepada salah satu
keluarga, kemudian mereka meminta kembalinya apa yang dipinjamkannya.
Patutkah keluarga yang meminjamnya itu menolak untuk mengembalikannya
benda tersebut kepada yang meminjaminya?" Abu Thalhah menjawab: "Tidak
boleh menolaknya - yakni harus menyerahkannya." Kemudian berkata pula
isterinya: "Nah, perhitungkanlah bagaimana pinjaman itu jikalau berupa
anakmu sendiri?" Abu Thalhah lalu marah-marah kemudian berkata: "Engkau
biarkan aku tidak mengetahui - kematian anakku itu, sehingga setelah aku
terkena kotoran - maksudnya kotoran bekas bersetubuh, lalu engkau
beritahukan hal anakku itu padaku."
Iapun lalu berangkat sehingga
datang di tempat Rasulullah s.a.w. lalu memberitahukan segala sesuatu
yang telah terjadi, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Semoga Allah
memberikan keberkahan kepadamu berdua dalam malam mu itu."
Anas r.a. berkata: "Kemudian
isterinya hamil." Anas r.a. melanjutkan katanya: "Rasulullah s.a.w.
sedang dalam berpergian dan Ummu Sulaim itu menyertainya pula - bersama
suaminya juga. Rasulullah s.a.w. apabila datang di Madinah di waktu
malam dari berpergian, tidak pernah mendatangi rumah keluarganya
malam-malam. Ummu Sulaim tiba-tiba merasa sakit karena hendak melahirkan,
maka oleh karena Abu Thalhah tertahan - yakni tidak dapat terus
mengikuti Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. terus berangkat."
Anas berkata: "Setelah itu Abu
Thalhah berkata: "Sesungguhnya Engkau tentulah Maha Mengetahui, ya
Tuhanku, bahwa saya ini amat tertarik sekali untuk keluar berpergian
bersama-sama Rasulullah s.a.w. di waktu beliau keluar berpergian dan
untuk masuk -tetap di negerinya - bersama-sama dengan beliau di waktu
beliau masuk. Sesungguhnya saya telah tertahan pada saat ini dengan
sebab sebagaimana yang Engkau ketahui."
Ummu Sulaim lalu berkata: "Hai
Abu Thalhah, saya tidak menemukan sakitnya hendak melahirkan sebagaimana
yang biasanya saya dapatkan - jikalau hendak melahirkan anak. Maka itu
berangkatlah. Kita pun - maksudnya Rasulullah s.a.w., Abu Thalhah dan
isterinya - berangkatlah, Ummu Sulaim sebenarnya memang merasakan sakit
hendak melahirkan, ketika keduanya itu datang, lalu melahirkan seorang
anak lelaki. Ibuku - yakni ibu Anas r.a. - berkata padaku - pada Anas
r.a.: "Hai Anas, janganlah anak itu disusui oleh siapapun sehingga
engkau pergi pagi-pagi besok dengan membawa anak itu kepada Rasulullah
s.a.w."
Ketika waktu pagi menjelma, saya
- Anas r.a. - membawa anak tadi kemudian pergi dengannya kepada
Rasulullah s.a.w. Ia lalu meneruskan ceritera Hadis ini sampai
selesainya.
Keterangan:
Hadis di atas itu memberikan
kesimpulan tentang sunnahnya melipur orang yang sedang dalam kedukaan
agar berkurang kesedihan hatinya, juga bolehnya memalingkan sesuatu
persoalan kepada persoalan yang lain lebih dulu, untuk ditujukan kepada
hal yang dianggap penting, sebagaimana perilaku isteri Abu Thalhah
kepada suaminya. Ini tentu saja bila amat diperlukan untuk berbuat
sedemikian itu.
Sementara itu Hadis di atas juga
menjelaskan akan sunnahnya seseorang isteri berhias seelok-eloknya agar
suaminya tertarik padanya dan tidak sampai terpesona oleh wanita lain,
sehingga menyebabkan terjerumusnya suami itu dalam kemesuman yang
diharamkan oleh agama. Demikian pula isteri dianjurkan sekali untuk
berbuat segala hal yang dapat menggembirakan suami dan melayaninya
dengan hati penuh kelapangan serta wajah berseri-seri, baik dalam
menyiapkan makanan dan hidangan sehari-hari ataupun dalam seketiduran.
Jadi salah
sekali, apabila seseorang wanita itu malahan berpakaian serba kusut
ketika di rumah, tetapi di saat keluar rumah lalu bersolek
seindah-indahnya. Juga salah pula apabila seorang isteri itu kurang
memerhatikan keadaan dan selera suaminya dalam hal makan minumnya, atau
pun dalam cara melayaninya dalam persetubuhan.
45-
وعن أبي هريرة رضي الله
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "ليس الشديد بالصرعة، إنما
الشديد
الذى يملك نفسه عند الغضب"
((متفق عليه)) .
والصرعة بضم الصاد وفتح الراء. وأصله عند العرب من يصرع الناس
كثيراً
45. Dari Abu Hurairah r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukanlah orang yang keras -
kuat - itu dengan banyaknya berkelahi, Bahwasanya orang-orang yang keras
- kuat - ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang
marah-marah." (Muttafaq 'alaih)
Ashshura-ah
dengan dhammahnya shad dan fathahnya ra', menurut asalnya bagi bangsa
Arab, artinya ialah orang yang suka sekali menyerang atau membanting
orang banyak (sampai terbaring atau tidak sedarkan diri).
46-
وعن سليمان بن صرد رضي
الله عنه قال: كنت جالساً مع النبي صلى الله عليه وسلم، ورجلان يستبان،
وأحدهما
قد احمر وجهه، وانتفخت أوداجه. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "
إني
لأعلم كلمة لو قالها لذهب عنه ما يجد، لو قال: أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم ذهب
منه ما يجد". فقال له: إن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " تعوذ
بالله من
الشيطان الرجيم"
((متفق عليه)) .
46. Dari
Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan
di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan
kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan
membesarlah urat lehernya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saja niscayalah
mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa
yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu
billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya
itu. Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya
tadi: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada
Allah dari syaitan yang direjam." (Muttafaq 'alaih)
47-
وعن معاذ بن أنس رضي
الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " من كظم غيظاً ، وهو قادر
على أن
ينفذه، دعاه الله سبحانه وتعالى على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من
الحور
العين ما شاء"
((رواه أبو داود، والترمذي وقال: حديث
حسن)).
47. Dari Mu'az bin Anas r.a.
bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menahan marahnya
padahal ia kuasa untuk meneruskannya - melaksanakannya - maka Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya di hadapan kepala - yakni disaksikan -sekalian
makhluk pada hari kiamat, sehingga disuruhnya orang itu memilih
bidadari-bidadari yang membelalak matanya dengan sesuka hatinya."
Diriwayatkan
oleh Imam Abu Dawud
dan Tirmidzi dan
ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
48-
وعن أبي هريرة رضي الله
عنه ، أن رجلاً قال للنبي صلى الله عليه وسلم: أوصني، قال: "لا
تغضب" فردد
مراراً، قال: " لاتغضب"
رواه البخاري.
48. Dari Abu Hurairah r.a.
bahawasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: "Berilah
wasiat padaku." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan marah." Orang itu
mengulanginya berkali-kali tetapi beliau s.a.w. tetap bersabda: "janganlah
marah."
(Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Yang perlu dijelaskan sehubungan
dengan Hadis ini ialah:
(a)
Orang yang bertanya itu menurut riwayat ada yang mengatakan dia itu
ialah Ibnu Umar, ada yang mengatakan Haritsah atau Abud Darda'. Mungkin
juga memang banyak yang bertanya demikian itu.
(b)
Kita dilarang marah ini apabila berhubungan dengan sesuatu yang hanya
mengenai hak diri kita sendiri atau hawa nafsu. Tetapi kalau berhubungan
dengan hak-hak Allah, maka wajib kita pertahankan sekeras-kerasnya,
misalnya agama Allah dihina orang, al-Quran
diinjak-injak atau dikencingi, alim ulama
diolok-olok padahal tidak bersalah dan lain-lain sebagainya.
(c)
Yang bertanya itu mengulangi berkali-kali seolah-olah meminta wasiat
yang lebih penting, namun beliau tidak menambah apa-apa. Hal ini karena
menahan marah itu sangat besar manfa'at dan faedahnya. Cobalah kalau kita
ingat-ingat, bahwa timbulnya semua kerusakan di dunia ini sebagian
besar ialah karena manusia ini tidak dapat mengekang hawa nafsu dan
syahwatnya, tidak suka menahan marah, sehingga menimbulkan darah
mendidih dan akhirnya ingin menghentam dan membalas dendam.
49-
وعن أبي هريرة رضي الله
عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " ما يزال البلاء
بالمؤمن
والمؤمنة في نفسه وولده ة وماله حتى يلقى الله تعالى وما عليه
خطيئة"
((رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح)) .
49. Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak henti-hentinya bencana -
bala' - itu mengenai seseorang mu'min, lelaki atau perempuan, baik dalam
dirinya sendiri, anaknya atau pun hartanya, sehingga ia menemui Allah
Ta'ala dan di atasnya tidak ada lagi sesuatu kesalahan pun."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
50-
وعن ابن عباس رضي الله
عنهما قال: قدم عيينة بن حصن فنزل على ابن أخيه الحر بن قيس، وكان من
النفر الذين
يدنيهم عمر رضي الله عنه، وكان القراء أصحاب مجلس عمر رضي الله عنه
ومشاورته كهولاً
كانوا أو شباناً، فقال عيينة لابن أخيه : يا ابن أخي لك وجه عند هذا
الأمير
فاستأذن لي عليه، فاستأذن فأذن عمر. فلما دخل قال: هِىَ يا ابن الخطاب،
فوالله
ما تعطينا الجزل ولا تحكم فينا بالعدل، فغضب عمر رضي الله عنه حتى همّ أن
يوقع به،
فقال له الحر: يا أمير المؤمنين إن الله تعالى قال لنبيه صلى الله عليه
وسلم:
{خذ
العفو
وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين}
((الأعراف :198)).
وإن
هذا من الجاهلين، والله ما جاوزها عمر حين تلاها، وكان وقافاً عند كتاب
الله
تعالى.
((رواه البخاري)) .
50. Dari ibnu Abbas radhiallahu
'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang - di Madinah, kemudian turun
- sebagai tamu - pada anak saudaranya - sepupunya - yaitu Alhur bin Qais.
Alhur 'Adalah salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang
didekat-kan oleh Umar r.a. - yakni dianggap sebagai orang dekat dan
sering diajak bermusyawarah, karena para ahli baca al-Quran - yang
pandai maknanya - adalah menjadi sahabat-sahabat yang menetap di majlis
Umar r.a. serta orang-orang yang diajak bermusyawarah olehnya, baik
orang-orang tua maupun yang masih muda-muda usianya.
'Uyainah berkata kepada
sepupunya: "Hai anak saudaraku engkau mempunyai wajah - banyak
diperhatikan - di sisi Amirul mu'minin ini. Cubalah meminta izin padanya
supaya aku dapat menemuinya. Saudaranya itu memintakan izin untuk 'Uyainah
lalu Umar pun mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk, lalu ia berkata: "Hati-hatilah,
hai putera Alkhaththab - yaitu Umar, demi Allah, tuan tidak memberikan
banyak pemberian - kelapangan hidup - pada kita dan tidak pula tuan
memerintah di kalangan kita dengan keadilan." Umar r.a. marah sehingga
hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman padanya. Alhur kemudian
berkata: "Ya Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada
NabiNya s.a.w. - yang artinya:
"Berilah maaf, perintahlah
kebaikan dan berpalinglah - jangan menghiraukan - pada orang-orang yang
bodoh."
Dan ini - yakni 'Uyainah -
adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh.
Demi Allah, Umar tidak pernah
melaluinya - melanggarnya - di waktu Alhur membacakan itu. Umar adalah
seorang yang banyak berhentinya - amat mematuhi - di sisi Kitabullah
Ta'ala. (Riwayat Bukhari)
51-
وعن ابن مسعود رضي الله
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " إنها ستكون بعدي أثرة
وأمور
تنكرونها ! قالوا: يا رسول الله فما تأمرنا؟ قال: تؤدون الحق الذى
عليكم ،
وتسألون الله الذى لكم"
((متفق عليه)) .
والأثرة : الأنفراد بالشئ عمن له فيه حق
51. Dari Ibnu Mas'ud r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saja akan terjadi
sesudahku nanti cara mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih
berhak untuk memperolehinya - dan juga beberapa perkara yang engkau
semua akan mengingkarinya. Orang-orang semua berkata: "Ya Rasulullah,
maka apakah yang akan Tuan perintahkan pada kita - kaum Muslimin. Beliau
s.a.w. bersabda:
"Supaya engkau semua menunaikan
hak yang menjadi kewajibanmu untuk dilaksanakan dan mohonlah kepada
Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua." (Muttafaq 'alaih)
52-
وعن أبي يحيى أسيد بن
حضير رضي الله عنه أن رجلاً من الأنصار قال: يا رسول الله ألا تستعملني
كما
استعملت فلاناً فقال: "إنكم ستلقون بعدي أثرة، فاصبروا حتى تلقوني على
الحوض"
((متفق
عليه)) .
وأسيد بضم الهمزة. وحضير : بحاءٍ مهملة مضمومةٍ وضادٍ
معجمةٍ مفتوحةٍ، والله أعلم
52. Dari Abu
Yahya iaitu Usaid bin Hudhair r.a. bahawasanya ada seorang lelaki dari
kaum Anshar berkata: "Ya Rasulullah, mengapakah tuan tidak menggunakan
saya sebagai pegawai, sebagaimana tuan juga menggunakan si Fulan dan
Fulan itu?" Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Sesungguhnya engkau semua akan
menemui sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri - sedang
orang lain lebih berhak untuk memperolehinya, maka dari itu bersabarlah,
sehingga engkau semua menemui aku di telaga - pada hari kiamat."
(Muttafaq 'alaih)
53-
وعن أبي إبراهيم عبد
الله بن أبي أوفى رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم في بعض
أيامه
التي لقي فيها العدو، انتظر حتى إذا مالت الشمس قام فيهم فقال: " يا
أيها الناس
لا تتمنوا لقاء العدو، واسألوا الله العافية، فإذا لقيتموهم فاصبروا،
واعلموا أن
الجنة تحت ظلال السيوف" ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم : " اللهم
منزل
الكتاب ومجري السحاب ، وهازم الأحزاب، اهزمهم وانصرنا عليهم"
((متفق عليه)) وبالله التوفيق.
53. Dari Abu Ibrahim, iaitu
Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah s.a.w. pada
suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau menantikan
sehingga matahari condong - hendak terbenam - beliau lalu berdiri di
muka orang banyak kemudian bersabda:
"Hai sekalian manusia, janganlah
engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah
akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka
bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada di bawah
naungan pedang."
Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda:
"Ya Allah yang menurunkan kitab,
yang menjalankan awan,
Yang menghancur-leburkan
gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka itu dan berilah kita
semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih)
Wabillahittaufiq (Dan dengan
Allah itulah adanya pertolongan).
Keterangan:
Dalam mengulas sabda Rasulullah
s.a.w. yang berbunyi:
"Syurga itu ada di bawah naungan
pedang." Imam al-Qurthubi berkata:
"Ucapan itu adalah suatu petanda
betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh Rasulullah s.a.w.
Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya ialah bahwa
letak syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala
mereka telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan
terjepit dan musuh sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan
kita, maka tiada jalan lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni
pedanglah yang wajib digunakan untuk penyelesaian, menang atau kalah.
Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh,
masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi dan
merendah, sampai-sampai bayangannya nampak jelas. Naungan pedang itulah
yang menyebabkan kaum Muslimin akan memperolehi kebahagiaan dalam dua
keadaan:
(a) Jika kalah dan mati,
gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga tanpa dihisab. Di
kalangan ummat pun menjadi harum namanya.
b) Jika menang dan selamat
sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan syurga
dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada
Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.