"Buku Hitam" Yahudi Kitab TALMUD
Kitab Talmud. (bahasa Ibrani: תלמוד)
Kitab Talmud, sebuah "buku hitam" Israel yang paling berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
Kitab
Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih
penting daripada Kitab Perjanjian Lama, yg juga dikenal dgn nama Kitab
Taurat. Bukti tentang hal ini dapat ditemukan dalam Talmud ‘Erubin’ 2b
(edisi Soncino) yang mengingatkan kepada kaum Yahudi, “Wahai anakku,
hendaklah engkau lebih mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud)
daripada ayat-ayat Taurat”.
Para
pendeta Parisi mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari para
rabbi (pendeta), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang datang
dari Tuhan. Talmud mengemukakan hukum-hukumnya berada di atas Taurat,
bahkan tidak mendukung isi Taurat. Bahkan para pendeta Talmud pun
mengklaim bahwa sebagian dari isi Kitab Talmud merupakan himpunan dari
ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. secara lisan. Sampai dengan
kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud belum dihimpun secara tertulis
seperti bentuknya yang sekarang.
Dalam
tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta
(kâhin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang
Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu
Allah di kitab Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman as.
Sehingga segala sumber yang yang dijadikan rujukan utama adalah yang
berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah
satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya
menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah.
Orang-orang
Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
(QS. At-Taubah,9:30).
Dari
ayat tsb nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah,
karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah
Subhanahu wa Ta'ala tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, (QS.
Al-Ikhlash 112 :3).
Seorang
peneliti Yahudi, Hyam Maccoby, dalam bukunya ‘Judaism on Trial’
mengutip pemyataan Rabbi Yehiel ben Joseph, bahwa “Tanpa Talmud kita
tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat … Tuhan telah melimpahkan
wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisi merupakan suatu
kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat
tafsiran mereka … dan mereka yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak
akan mungkin mampu memahami Taurat.”
Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa penyelewengan dalam masalah akidah merupakan
tindakan yang sangat sesat, karena sekitar 1/3 dari kandungan Al-Quran
menjelaskan tentang kidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus
diyakini oleh setiap manusia.
Nabi
Isa a.s. sendiri mengutuk tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal), termasuk
mereka yang mengajarkannya (para hachom Yahudi dan kaum Farisi), karena
isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan bertentangan dengan Kitab
Taurat. Kaum Kristen, karena ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini
menyangka Perjanjian Lama merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi.
Sangkaan itu keliru.
Terhadap
tradisi ‘mishnah’ itu para pendeta Yahudi menambah sebuah kitab lagi
yang mereka sebut ‘Gemarah’ (kitab “tafsir” dari para pendeta). Tradisi
‘mishnah’ (yang kemudian dibukukan) bersama dengan “Gemarah’, itulah
yang disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu ‘Talmud
Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. ‘Talmud Babilonia’ adalah kitab yang
paling otoritatif.
Memang
ada kelompok di kalangan kaum Yahudi yang menolak Talmud, dan tetap
berpegang teguh kepada kitab Taurat (Taurat ada dua Versi : Taurat asli
dan Taurat versi Perjanjian Lama yang sekarang). Mereka ini disebut
golongan 'Karaiyah', kelompok yang sepanjang sejarahnya paling dibenci
dan menjadi korban didzalimi oleh para pendeta Yahudi orthodoks.
Kitab Talmud adalah sebuah kitab paling berbahaya yang pernah ada di muka bumi.
Kitab
Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama, tetapi
juga menjadi ideologi dan prinsip-prinsip, serta arahan bagi penyusunan
kebijakan negara dan pemerintah Israel, dan menjadi pandangan hidup
orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara Israel
disebut sebagai negara yang rasis, chauvinistik, theokratik,
konservatif, dan sangat dogmatik.
Ilmuwan
terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud,
Joseph Barcley, menyatakan: “....Sebagian teks yang ada dalam Talmud
adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkkan, dan sebagian lagi berisi
kekufuran..... “karenanya, banyak penguasa negara (raja dan kaisar) dan
penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini".
Talmud
merupakan manifesto yang paling berbahaya kepada perikemanusiaan. Ia
lebih berbahaya daripada buku Mein Kampf, karya Hitler. bahkan Kitab
Talmud ini menggariskan penghancuran total semua agama dan peradaban
yang ada di dunia, demi terciptanya sebuah masyarakat Zionis
internasional.
Dalam
buku “An Interview of Illan Pappe, ” Baudoin Loos menyebutkan seorang
sejarawan Yahudi Illan Pappe yang menyandang julukan “Orang Israel yang
paling dibenci di Israel”. Pappe adalah salah seorang Yahudi yang
memilih memihak pada hati nurani dan tanpa takut membongkar mitos-mitos
Zionisme.
Saat
ditanya, kenapa orang Israel bisa melakukan berbagai kekejaman terhadap
orang Palestina, Pappe menjawab, “Ini buah dari sebuah proses panjang
pengajaran paham, indoktronasi, yang dimulai sejak usia taman
kanak-kanak, semua anak Yahudi di Israel dididik dengan cara ini. Anda
tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang ditanamkan di sana dengan
sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yaitu menciptakan sebuah persepsi
rasis tentang orang lain yang digambarkan sebagai primitif, hampir tidak
pernah ada, dan penuh kebencian: Orang itu memang penuh kebencian, tapi
penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif, Islam,
anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seorang yang telah dirampas
tanahnya.”[1]
Indoktrinasi
terhadap anak-anak Israel berlanjut hingga ia besar. Ayat-ayat Talmud
dijadikan satu-satunya “pedoman moral” bagi mereka. Yang paling utama
adalah indoktrinasi bahwa "hanya orang-orang bangsa Yahudi yang manusia,
sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia melainkan binatang."
(Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a). “Orang-orang non-Yahudi harus
dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a).
"Orang-orang Non Yahudi boleh dibantai / dibunuh karena hukumnya Wajib."
(Sanhedrin 58).
Penanaman
doktrin rasisme yang terdapat dalam Talmud dilakukan para orangtua kaum
Zionis kepada anak-anak mereka sejak dini. Survei yang diadakan oleh
Ary Syerabi, mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel, terhadap 84
anak-anak Israel usia sekolah dasar, saat dia bergabung dengan London
Institute for Economic Studies. Ary Serabi ingin mengetahui perasaan apa
yang ada di dalam benak anak-anak Israel terhadap anak-anak Palestina
sebaya mereka yang sesungguhnya. Kepada anak-anak Israel itu Ary
memberikan sehelai kertas dan pensil, lalu kepada mereka Ary berkata,
“Tulislah surat buat anak-anak Palestina, surat itu akan kami sampaikan
pada mereka. ”
Hasilnya
sungguh mencengangkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya
benar-benar dikirim kepada anak-anak Palestina. Mereka menulis surat
mereka dengan sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Apa saja yang
mereka tulis? Salah satu surat ditulis oleh seorang anak perempuan
Israel berusia 8 tahun. Ia mengaku menulis surat kepada anak perempuan
Palestina seusianya. Isi suratnya antara lain:
"Sharon
akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung… dan membakar jari-jari
kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami, wahai monyet
betina. Kenapa kalian tidak kembali ke (tempat) dari mana kalian datang?
Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya mempersembahkan
untukmu gambar (ini) supaya kamu tahu apa yang akan dilakukan Sharon
pada kalian…ha…ha…ha”
Bocah Israel itu menggambar sosok Sharon dengan kedua tangannya menenteng kepala anak perempuan Palestina yang meneteskan darah.
'Protocols
of Learned Elders of Zion' (Protokol Para Pemuka Agama Yahudi) adalah
rencana praktis atau kertas kerja untuk merealisasikan semua kandungan
Taurat dan Talmud. Jika Talmud merupakan buah pahit dari ajaran
Perjanjian Lama (Taurat), maka Protol Yahudi ini merupakan kertas kerja
yang meringkas semua ajaran Talmud kepada rencana strategis modern dan
kontemporer.
Metoda
kerja yang dipakai oleh ‘Protokol’ untuk menghancurkan suatu masyarakat
cukup jelas. Memahami metoda itu penting jika seseorang ingin menemukan
makna dari arus serta arus-balik yang membuat orang menjadi frustrasi
ketika mencoba memahami kekacauan keadaan masa kini. Orang menjadi
bingung dan hilang semangat oleh berbagai teori masa kini dan
suara-suara yang centang-perenang. Setiap suara atau teori itu
seakan-akan dapat dipercaya dan menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Kalau saja kita dapat memahami makna dari suara yang centang-perenang
dan berbagai teori yang amburadul itu, maka hal itu akan menyadarkan
kita bahwa kebingungan dan hilangnya semangat masyarakat merupakan
sasaran yang dituju oleh ‘Protokol’. Ketidakpastian, keragu-raguan,
kehilangan harapan, ketakutan, semuanya ini merupakan reaksi yang
diciptakan oleh program yang diuraikan di dalam ‘Protokol’ yang
diharapkan tercapai. Kondisi masyarakat dewasa ini merupakan bukti
efektifnya program tersebut.
Pelaksanaan
ajaran Talmud tentang keunggulan kaum Yahudi yang didasarkan pada
ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan yang tak terperikan
terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia sampai dengan saat
ini, khususnya di tanah Palestina. Ajaran itu telah dijadikan dalih
untuk membenarkan pembantaian secara massal penduduk sipil
Arab-Palestina. Kitab Talmud menetapkan bahwa semua orang yang
bukan-Yahudi disebut “goyim”, sama dengan binatang, derajat mereka di
bawah derajat manusia. Ras Yahudi adalah “ummat pilihan”, satu-satunya
ras yang mengklaim diri sebagai keturunan langsung dari Nabi Adam a.s.
Beberapa
kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud dalam uraian berikut ini
merupakan dokumen asli yang tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat
memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum
Yahudi, tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh
dengan kebencian, yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi
Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh dunia.
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin
2b, “Barangsiapa yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum
dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.
Moed
Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu
kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak dikenal
orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan dan Hukumannya ialah Mati
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba
Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang
Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika lembu orang Kanaan
sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus
membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba
Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang
kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini
ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),
Sanhedrin
57a, “Tuhan tidak akan mengampuni seorang Yahudi ‘yang mengawinkan
anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu bagi
anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik
orang Cuthea (kafir)’ …”.
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin
57a, “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada
hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh
dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.
Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina “.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin
54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan anak-perempuan,
asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth
59b, “Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor binatang
diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi
yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang
pendeta Yahudi”.
Abodah
Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur seorangpun di muka bumi ini
yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.
Baba
Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya.
Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.
Gittin
70a, “Para rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka
ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan
menempuh perjalanan sejauh setengah mil, konon iblis yang ada di jamban
itu masih menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga
(bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin
69b, “Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan campur kotoran seekor
anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila memungkinkan
untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan kotoran anjing
itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi lemas “.
Pesahim
11a, “Sungguh terlarang bagi anjing, perempuan, atau pohon kurma,
berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan datang
jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk di perempatan jalan
“.
Menahoth
43b-44a, “Seorang Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini setiap
hari, ‘Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku
seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak belian’ “.
Inilah
sebagian kecil dari ayat-ayat hitam Talmud. Setiap hari Sabtu yang
dianggap suci (Shabbath), mereka mendaras Talmud sepanjang hari dan
mengkaji ayat-ayat di atas. Mereka menganggap Yahudi sebagai ras yang
satu-satunya berhak disebut manusia. Sedangkan ras di luar Yahudi mereka
anggap sebagai binatang, termasuk orang-orang liberalis yang malah
melayani kepentingan kaum Zionis.
Pengakuan Talmud
Abodah
Zarah 70a, “Seorang rabbi ditanya, apakah anggur yang dicuri di
Pumbeditha boleh diminum, atau anggur itu sudah dianggap najis, karena
pencurinya adalah orang-orang kafir (seorang bukan-Yahudi bila menyentuh
guci anggur, maka anggur itu dianggap sudah najis). Rabbi itu menjawab,
tidak perlu dipedulikan, anggur itu tetap halal (‘kosher’) bagi orang
Yahudi, karena mayoritas pencuri yang ada di Pumbeditha, tempat dimana
guci-guci anggur itu dicuri, adalah orang-orang Yahudi”. (Kisah ini juga
ditemukan di dalam Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).
Ibadah Orang Farisi
Erubin
21 b, “Rabbi Akida berkata kepadanya, ‘Berikan saya air untuk mencuci
tangan saya’. Ia menjawab, ‘Air itu tidak cukup bahkan untuk diminum,
apalagi untuk membasuh tanganmu’ keluhnya. ‘Lalu apa yang harus saya
perbuat ?’ tanya seseorang lainnya, ‘padahal engkau tahu menentang
ucapan seorang rabbi diancam dengan hukuman mati?’ ‘Saya lebih baik mati
daripada menentang pendapat kawan-kawan saya’ ” (Ritual cuci tangan ini
terekam dikutuk Nabi Isa a.s. dalam Injil Matius 15 : 1- 9).
Genosida Dihalalkan oleh Talmud
Perjanjian
Kecil, Soferim 15, Kaidah 10, “Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben
Yohai, ‘Tob shebe goyyim harog’ (“Bahkan orang kafir yang baik sekali
pun seluruhnya harus dibunuh”). Orang-orang Israeli setiap tahun
mengikuti acara nasional ziarah ke kuburan Simon ben Yohai untuk
memberikan penghormatan kepada rabbi yang telah menganjurkan untuk
menghabisi orang-orang non-Yahudi [2].
Di
Purim, pada tanggal 25 Februari 1994 seorang perwira angkatan darat
Israel, Baruch Goldstein, seorang Yahudi Orthodoks dari Brooklyn,
membantai 40 orang muslim, termasuk anak-anak, tatkala mereka tengah
bersujud shalat di sebuah masjid. Goldstein adalah pengikut mendiang
Rabbi Meir Kahane, yang menyatakan kepada kantor berita CBS News, bahwa
ajaran yang dianutnya mengatakan orang-orang Arab itu tidak lebih
daripada anjing, sesuai ajaran Talmud”.[3]
Ehud
Sprinzak, seorang profesor di Universitas Jerusalem menjelaskan tentang
falsafah Kahane dan Goldstein, “Mereka percaya adalah teiah menjadi
iradat Tuhan, bahwa mereka diwajibkan untuk melakukan kekerasan terhadap
‘goyyim’, sebuah istilah Yahudi untuk orang-orang non-Yahudi”. [4]
Rabbi Yizak Ginsburg menyatakan, “Kita harus mengakui darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”. [5]
Rabbi Jacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa orang Arab tidaklah seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.[6]
Doktrin Talmud : Orang non- Yahudi Bukanlah Manusia
Talmud
secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi termasuk golongan binatang,
bukan-manusia, dan secara khusus menyatakan bahwa mereka bukan dari
keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu ditemukan
bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara lain sebagai berikut :
Kerihoth
6b, “Menggunakan minyak untuk mengurapi. Rabbi kita mengajarkan,
‘Barangsiapa menyiramkan minyak pengurapan kepada ternak atau perahu, ia
tidak melakukan dosa; bila ia melakukannya kepada ‘goyyim’, atau orang
mati, dia tidak melakukan dosa. Hukum yang berhubungan dengan ternak dan
perahu adalah benar, karena telah tertulis: terhadap tubuh manusia
(Ibrani: Adam) tidak boleh disiramkan (Exodus 30:32); karena ternak dan
perahu bukan manusia (Adam)’ “. “Juga dalam hubungan dengan yang
meninggal (sepatutnya) ia dikecualikan, karena setelah meninggal ia
menjadi bangkai dan bukan manusia lagi (Adam).
Tetapi
mengapa terhadap ‘goyyim’ juga dikecualikan, apakah mereka tidak
termasuk kategori manusia (Adam) ? Tidak, karena telah tertulis: ‘Wahai
domba-domba-Ku, domba-domba di padang gembalaan-Ku adalah manusia
(Adam)’ (Ezekiel 34:31): Engkau disebut manusia (Adam), tetapi ‘goyyim’
tidak disebut sebagai manusia (Adam)’ “.
Pada
ayat-ayat terdahulu para rabbi membahas hukum Talmud yang melarang
memberikan minyak suci bagi manusia. Dalam pembahasan itu para rabbi
menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk memberikan miyak suci itu kepada
‘goyyim’ (kaum non-Yahudi, seperti Muslim, Kristen, dan sebagainya),
karena ‘goyyim’ tidak termasuk golongan manusia (harfiahnya: bukan
keturunan Adam).
Yebamoth
61a, “Telah diajarkan: Begitulah Simeon ben Yohai menerangkan (61a)
bahwa kuburan orang ‘goyyim’ tidak termasuk tempat yang suci untuk
mendapatkan ‘ohel’ (memberikan sikap ruku’ terhadap kuburan), karena
telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku,
kalian adalah manusia (Adam)’, (Ezekiel 34:31); kalian disebut manusia
(Adam); tetapi kaum kafir ltu tldak disebut manusia (Adam)’ “.
Hukum
Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi yang menyentuh bangkai manusia
atau kuburan (Yahudi) menyebabkan ia ternajisi. Tetapi hukum Talmud
mengajarkan, sebaliknya, jika seorang Yahudi menyentuh kuburan orang
goyyim, hal itu membuat ia tetap suci, karena orang goyyim tidak
termasuk golongan manusia (Adam).
Baba
Mezia 114b, “Dia (Rabbah) berkata kepadanya: ‘Apakah engkau bukan
pendeta: mengapa engkau berdiri di atas kuburan ? Ia menjawab: ‘Apakah
guru belum mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah diajarkan:
Simeon ben Yohai berkata:‘Kuburan kaum ‘goyyim’ tidak menajisi. Karena
telah tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku gembalaan di padang rumput-Ku adalah
manusia (Adam), dan ia berdiri di atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat
pembuktian berdasarkan nash Taurat (Ezekiel 34:31). disebut sampai
berulang-kali pada ketiga ayat-ayat Talmud di atas tadi, padahal dalam
kenyataannya Taurat tidak pernah menyebutkan bahwa hanya orang Yahudi
saja yang termasuk golongan manusia. Para ‘hachom’ Talmud sangat
menekankan kekonyolan ajaran mereka tentang kaum ‘goyyim’. Hal itu
merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya adalah rasis dan ideolog
anti-kaum non-Yahudi, yang dalam kebuntuan nalarnya telah mendistorsikan
ayat-ayat Taurat dalam rangka membenarkan kesesatan mereka.
Berakoth
58a, “Shila seorang Yahudi memberikan hukuman cambuk kepada seseorang
yang telah bersetubuh dengan seorang perempuan Mesir: Orang yang
dicambuk itu pergi mengadukannya kepada pemerintah, dan berkata: ‘Ada
seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari
pemerintah’. Seorang petugas memerintahkan untuk memanggilnya (Shila).
Ketika ia (Shila) tiba, ia ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang
ini?’ Ia (Shila) menjawab: ‘ Karena ia telah menyetubuhi keledai betina’
“. “Petugas itu berkata kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai
saksi-saksi?’ Ia(Shila) menjawab ‘Saya mempunyainya’. Kemudian (nabi)
Elijah turun dari langit dalam bentuk manusia dan memberikan bukti.
Petugas itu berkata lagi kepadanya: ‘Kalau demikian halnya seharusnya
orang itu dihukum mati!’ Ia (Shila) menjawab: ‘Karena kami telah
diasingkan dari negeri kami, kami tidak mempunyai wewenang untuk
menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah terhadapnya sesuai kehendak kalian’
“
“Ketika
mereka masih mempertimbangkan perkara itu Shila pun berteriak.•
‘Kepada-Mulah ya Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa’ (Kisah-kisah
29:11).
‘Apa
kehendakmu? tanya petugas itu. Ia (Shila) menjawab.• ‘Apa yang
kukatakan ialah: Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah menciptakan
segala sesuatunya dari tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah
memberikan kepadamu sekalian tempat tinggal, dan membuat kalian
mencintai keadilan’ “,
“Petugas
itu berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah engkau sedemikian membantu
kepada kehormatan pemerintah?’ Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat
dan berkata kepadanya: ‘Engkau boleh menjadi hakim. ‘ Tatkala petugas
(orang ‘goyyim’) itu telah pergi, orang-orang yang ada disana berkata
kepadanya (Shila).• ‘Apakah Yang Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi
kaum pendusta?’. Ia (Shila) menjawab mereka (‘goyyim’) disebut keledai?
Karena telah tertulis: Daging mereka adalah daging keledai’ (Ezekiel
23:30)
Ia
(Shila) memperhatikan orang-orang itu akan memberi-tahukan
petugas-petugas itu bahwa ia (Shila) telah menyebut mereka sebagai
keledai. Maka ia (Shila) berkata.• ‘Orang itu adalah penuntut hukum, dan
Taurat telah mengatakan: Jika seseorang datang untuk membunuhmu,
bangkitlah segera dan bunuh dia lebih dahulu.
Begitulah
tongkat yang diberikan kepadanya itu dipukulkannya kepada terdakwa dan
membunuhnya.’ Kemudian ia berkata: ‘Karena sebuah mu’zizat telah terjadi
melalui ayat ini, maka aku melaksanakannya’ “.
Bagian
ini terpaksa diutarakan agak panjang, tetapi agaknya terpaksa dikutip
seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana kedzaliman kaum Yahudi.
Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun dari sorga ke bumi
untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud mengajarkan, bahwa
kaum ‘goyyim’ pada dasamya adalah binatang, sehingga karena itu Rabbi
Shila (dan nabi Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah
berdusta atau telah membuat dosa.
Ceritera
itu menjelaskan bahwa sekiranya seseorang (termasuk orang Yahudi)
mengungkapkan ajaran Talmud pandangan tentang kaum ‘goyyim’ sama dengan
keledai, maka ia akan menerima hukuman mati. Karena mengungkapkan hal
itu akan membuat kaum ‘goyyim’ murka dan akan menindas agama Yahudi.
Kutipan
Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan “nash bukti” sangat penting,
karena ayat itu menyatakan bahwa kaum ‘goyyim’ itu termasuk golongan
binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada Kitab Perjanjian lama
telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa “orang Mesir memiliki
kemaluan yang besar” (sindiran – sama dengan keledai). Hal ini tidak
membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang Mesir yang
dirujuk oleh Taurat sarna dengan binatang. Dalam hal ini Talmud
memalsukan Taurat dengan cara mendistorsikan tafsir. Beberapa ayat
Talmud yang lain yang mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel 23:30 yang
memperlihatkan watak rasis orang Yahudi ditemukan dalam Arakin 19b,
Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan Yebamoth 98a. Lagipula nash
aseli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya dengan persetujuan Tuhan untuk
penyelamatan kaum Yahudi saja. [7]
Moses Maimonides Membenarkan Pembantaian
Begawan
yang sangat dihormati, Moses Maimonides, mengajarkan tanpa tedeng
aling-aling, bahwa kaum Kristen wajib dihabisi. Tokoh yang memberikan
fatwa seperti itu memiliki kedudukan tertinggi dalam hirarki agama
Yahudi.
Moses
Maimonides dipandang sebagai penyusun hukum dan filosuf terbesar
sepanjang sejarah Yahudi. Ia acapkali dengan penuh rasa hormat disebut
dengan nama Rambam, dan disapa dengan panggilan Rabenu Moshe ben Maimon,
yang artinya ‘Rabbi Kami Musa anak Maimun”.[8]
Inilah
yang diajarkan oleh Maimonides tentang boleh tidaknya menyelamatkan
nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan’ orang Yahudi sekali pun yang berani
menolak “inspirasi ilahiyah di dalam Talmud’.
“Sesungguhnya
bila kita melihat seorang kafir (‘goyyim’) sedang terhanyut dan
tenggelam di sungai, kita tidak boleh menolongnya. Kalau kita melihat
nyawanya sedang terancam, kita tidak boleh menyelamatkannya.” [9].
Naskah dalam bahasa Ibrani edisi Feldheim 1981 tentang Mishnah Torah
menyebutkan hal yang sarna seperti itu.
Dengan
peringatan dari Maimonides itu, telah diwajibkan bagi kaum Yahudi untuk
tidak boleh menyelamatkan nyawa atau memberikan pertolongan kepada
seorang ‘goyyim’, ia sebenarnya menyatakan sikap kaum Yahudi yang
sebenarnya yang dibebankan oleh Talmud terhadap kaum non-Yahudi.[10]
“Hal
itu telah merupakan ‘mitvah’ (kewajiban agama) untuk , menghabisi para
pengkhianat kaum Yahudi, para ‘minnim’, dan “apikorsim” dan membuat
mereka jatuh ke dalam lobang kehancuran, karena mereka telah menyebabkan
penderitaan kepada kaum Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh dari
Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para
muridnya, dan Tzadok, Baithos dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah
mereka”.
Komentar
penerbit Yahudi itu memuat pernyataan Maimonides bahwa Nabi Isa a.s.
adalah contoh seorang ‘min’ (“pengkhianat” majemuknya ‘minnim’).
Komentar itu juga menerangkan bahwa murid-murid Tzadok, yaitu kaum
Yahudi yang menolak kebenaran Talmud dan mereka yang hanya mengakui
hukum tertulis, yakni Taurat. Menurut buku ‘Maimonides’ Principles’ pada
h.5, Maimonides memerlukan waktu dua-belas tahun untuk menyimpulkan
hukum dan keputusan dari Talmud, dan mensistemasikan kesimpulannya itu
ke dalam 14 jilid. Karya itu akhirnya selesai pada tahun 1180 dan diberi
judul ‘Mishnah Torah’, atau ‘Syari’at Taurat’.
Maimonides
mengajarkan pada bagian lain dari ‘Mishnah Torah’, bahwasanya kaum
‘goyyim’ bukanlah golongan manusia: “Hanyalah manusia (kaum Yahudi), dan
bukannya perahu, yang dapat memperoleh najis bila bersentuhan … Bangkai
dari seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan najis bila bersentuhan dengan
bayang-bayang seorang Yahudi … seorang ‘goyyim’ tidak sampai menyebabkan
penajisan; dan bila seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau
membayangi … ‘goyyim’ itu tidak menyebabkan najis … mayat seorang
‘goyyim’ tidak menyebabkan menjadi najis; dan sekiranya’” seorang
‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau menjatuhkan bayangannya kepada mayat,
ia dianggap tidak pernah menyentuh mayat tersebut.” .[11]
Film ‘Schindlers List’ – Contoh Kebohongan Kaum Yahudi
Teks
Talmud (khususnya Talmud Babilonia) pada Sanhedrin 37a tidak mewajibkan
orang Yahudi untuk menyelamatkan nyawa orang lain, terkecuali nyawa
orang Yahudi. Moshe Maimonides memperkuat ajaran Talmud tersebut.
Tetapi, beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang Yahudi kontemporer
(Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa nash dari Talmud yang seolah-olah
memuat frase nilai-nilai universal, seperti, “Barangsiapa membunuh
kehidupan seseorang, hal itu sama dengan membunuh seluruh isi dunia; dan
barangsiapa memelihara kehidupan seseorang ,,, hal itu seperti ia telah
memelihara seluruh isi dunia”.
Bandingkan
dengan al-Qur’an 5:32, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan
karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya”.
Namun
Hesronot Ha-ash mengakui ayat-ayat di atas tadi bukan katta-kata yang
otentik dari Talmud yang asli. Dengan kata lain, ayat-ayat bemada
universal tersebut bukanlah nash otentik dari Talmud. Jadi sekedar
sebagai contoh, “versi universal” ini yang oleh Stephen Spielberg
dituangkan ke dalam filmnya ‘The Schindler’s List’ yang terkenal itu
(dan dikaitkan seolah-olah bersumber dari Talmud pada judul maupun iklan
filmnya) adalah penipuan dan merupakan propaganda, yang dimaksudkan
untuk memberikan polesan kemanusiaan kepada Talmud, yang pada hakekatnya
adalah kitab yang penuh berisi semangat rasisme dan chauvinisme Yahudi.
Dalam nash Talmud yang aseli tertulis pada ayat yang sama, “Barangsiapa
memelihara bahkan satu nyawa orang Israeli, maka ia seperti memelihara
seluruh isi dunia”. Sama seperti ayat-ayat yang lain, Talmud yang aseli
hanya membicarakan perihal menyelamatkan orang-orang Yahudi.
Tipuan Orang Yahudi
Sanggahan
para rabbi orthodoks bahwa tidak ada bukti dokumentasi otentik tentang
rasisme dan semangat kebencian di dalam Talmud adalah bohong besar,
karena di dalam Baba Kamma 113a, menyatakan bahwa “Orang Yahudi boleh
berbohong untuk menipu kaum ’goyyim’ ‘.
The
Simon Wiesenthal Center, sebuah pusat propaganda ruhubiyah Yahudi yang
didukung oleh dana multi-jutaan dolar terpaksa memecat Rabbi Daniel
Landes pada tahun 1995, karena rabbi ini menentang ajaran dehumanisasi
oleh Talmud terhadap orang non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar busuk”,
katanya. Buktinya ? “Ya, pernyataan-pernyataan di dalamnya”.
Berdusta
untuk menipu orang ‘goyyim’ telah lama menjadi panutan di dalam agama
Yahudi. Ambil contoh sehubungan dengan debat pada abad ke-13 di Paris
antara Nicholas Donin, seorang Yahudi yang telah memeluk agama Katolik
–yang oleh Hyam Maccoby diakui mempunyai pengetahuan yang luas tentang
Talmud”[12]- saat berkonfrontasi lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu itu
Yehiel tidak sedang berada di bawah ancaman hukuman, atau dicederai.
Namun tanpa malu tetap saja berdusta sepanjang debat tersebut.
Sebagai
contoh ketika ditanya oleh Donin apakah ada ayat-ayat yang menghujat
Jesus di dalam Talmud, Yehiel menyanggahnya. Donin, seorang ahli dalam
bahasa lbrani paham benar jawaban itu dusta maka. Ryam Maccoby, seorang
komentator Yahudi mengenai debat tersebut, yang hidup di abad ke-20,
membela kebohongan Rabbi Yehiel seperti ini, “Pertanyaan itu mungkin
diajukan, apakah Yehiel benar-benar percaya yang Jesus tidak
disebut-sebut di dalam Talmud atau, bisa juga ia mengajukan pertanyaan
ini sebagai suatu tipuan yang cerdik, untuk menciptakan keadaan mendesak
Yehiel … tentu saja Rabbi Yehiel dapat dimaafjkan bila ia tidak
mengakui sesuatu yang tidak sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka
mencegah proses tiranik yang menghadapkan budaya dari suatu agama
tertentu, terhadap agama yang lain”.[13]
Beginilah
cara orang Yahudi menyanggah sampai dengan hari ini tentang adanya nash
Talmud yang mengandung ayat-ayat yang penuh dengan kebencian. Sebuah
kata tentang “kebohongan Yahudi diplesetkan dan disulap menjadi “dapat
dimaafkan”, sementara setiap penyelidikan terhadap kitab-kitab suci
Yahudi oleh peneliti non-Yahudi dipandang sebagai “proses tiranik”.
Sementara itu serangan kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian
Baru dan al-Qur’an tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”.
Hanya kritik kaum non- Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara
mempertahankan diri bagi orang Yahudi adalah berdusta.
Betapapun
banyaknya sanggahan dan kebohongan yang keluar dari ‘The
Anti-Defamation League’ (ADL – ‘Liga Anti-Penghinaan’ Yahudi) dan dari
the Wiesenthal Center, dalam buku ini dikutip nash-nash baik dari Talmud
maupun juga dari mufassir Talmud ‚paling’ terkemuka” di mata orang
Yahudi sendiri, seperti Moses Maimonides,
Pada
tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx, direktur pendidikan teknologi terapan pada
‘Shalom Hartman Institute’ di Jerusalem, telah menulis semacam pengakuan
yang menakjubkan tentang bagaimana kaum Yahudi di masa yang silam telah
membuat dua jenis kumpulan kitab: kitab Talmud yang otentik sebagai
bahan pelajaran bagi para pemuda mereka di sekolah-sekolah (‘kollel’)
Talmud, dan sebuah lagi kitab Talmud yang telah “disensor dan
diamendemen” yang ditujukan bagi konsumsi para ‘goyyim’ yang tidak
mengerti apa-apa. Rabbi Marx menjelaskan bahwa versi tafsir Maimonides
yang dikeluarkan untuk konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa
membunuh seorang manusia, ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx
menyatakan, nash yang asli berbunyi, ” Barangsiapa membunuh seorang
Israeli, ia melanggar hukum”. [14]
Buku
Hesronot Ha-shas (“Yang Dihilangkan dari Talmud”) lalu menjadi penting
dalam kaitan ini. Heshronot Ha-shas dicetak-ulang pada tahun 1989 oleh
Sinai Publishing House, Tel Aviv. Heshronot Ha-shas menjadi sangat
berharga bagi kita, karena buku ini menyusun suatu daftar panjang
ayat-ayat Talmud yang diubah atau dihilangkan, dan daftar ayat-ayat yang
dipalsukan dewasa ini, yang dibuat untuk konsumsi kaum ‘goyyim’
seolah-olah ayat-ayat itulah yang otentik. Popper (h.58-59) menjelaskan :
“Tidak selalu yang disensor itu ayat-ayat panjang, tetapi acapkali satu
kata pun dihapus. … Acapkali dalam hal seperti itu digunakan dalam
rangka penghapusan dan penggantian”. [15]
Sebagai
contoh pentarjamah versi Talmud dalam bahasa Inggris terbitan Soncino
menterjemahkan kata lbrani ‘goyyim’ dengan sejumlah kata-ganti samaran
seperti, “kafir, Cuthean, Mesir, penyembah berhala”, dan sebagainya.
Tetapi sebenarnya kata-ganti ini merujuk kepada kata-aseli ‘goyyim’
(semua yang non- Yahudi).
Pada
catatan-kaki no. 5 Talmud pada edisi Soncino dijelaskan bahwa, “Istilah
orang Cuthea (Samaritan) disini adalah untuk menggantikan kata-aseli
‘goyyim’ … “ Hal itu merupakan praktek disinformasi yang lazim dipakai
oleh kaum Farisi untuk menyangkal adanya ayat-ayat yang rasialistik di
dalam Talmud yang telah diungkapkan terdahulu dalam buku ini, dalam
rangka mengklaim bahwa ayat-ayat itu adalah “karangan dari orang-orang
yang anti-Semit”, antara lain The Babylonian Talmud online Talmud versi
Soncino dengan editor Rabbi Dr. Isidore Epstein of Jews’ College,
London. Bandingkan penjelasan Seder ZERAIM (זרעים), MOED (מועד), NASCHIM
(נשים ), NEZIKIN (נזיקין), KODASCHIM (קדשים), TOHOROTH (טהרות) oleh
Rev. I. B. Pranaitis (Roman Catholic Priest) dalam buku The Talmud
Unmasked, The Secret Rabbinical Teachings Concering Christians
Pada
tahun 1994, Lady Jane Birdwood (80 tahun), ditangkap dan diadili di
depan pengadilan pidana di London, hanya karena "Kejahatannya"
menerbitkan sebuah pamflet berjudul ‘The Longest Hatred’ (Kebencian yang
Paling Lama), berisi seluruh pernyatan kebencian di dalam Talmud yang
diangkatnya dari ayat-ayat yang berisi kebencian kepada kaum ‘goyyim’
dan Kristen.
Sepanjang
peradilan terhadapnya dia dituduh sebagai suatu kejahatan --sayang
tidak mendapatkan perhatian dari media massa--, bahkan seorang Rabbi yg
diundang sebagai saksi ahli pun menyanggah sepenuhnya bahwa kitab Talmud
berisi ayat-ayat yang mengundang kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan
Kristen, dan hanya karena kedudukan dan prestise rabbi tersebut, wanita
tua yang malang itu dijatuhi hukuman “tiga bulan kurungan penjara dan
denda senilai $ l000″
Dr.
Israel Shahak dalam bukunya berjudul ‘Jewish History and Jewish
Religion’, pada bab tentang Jesus di dalam Talmud pada h.57, dan
h.105-106, menegaskan adanya ayat-ayat yang menganjurkan kebencian dan
rasisme di dalam Talmud. Mereka yang menyangkal kenyataan ini adalah
pembohong besar.
Tanggapan Dunia ‘Judeo-Kristen’ terhadap Talmud
Dewasa
ini ada persekongkolan yang kuat antara dunia Kristen dan Yahudi.
Anehnya di era modern ini tidak ada, bahkan tidak pernah ada, para Paus,
Katolik serta tokoh-tokoh gereja Protestan yang menyerang atau mengecam
ajaran rasisme di Talmud, atau kebencian mendarah-mendaging terhadap
Kristen dan kaum ‘goyyim’ (muslim dan lain-lain) yang diajarkannya.
Malah sebaliknya para pimpinan gereja Kristen, baik Katolik maupun
Protestan, menganjurkan kepada para pengikut Jesus Kristus untuk
mentaati, menghormati, bahkan membantu pengikut Talmud. Oleh karena itu
kesimpulan kita tidak lain, para pemimpin gereja Katolik dan Protestan
dewasa ini sebenarnya adalah pengkhianat paling nyata terhadap Jesus
Kristus di muka bumi dewasa ini (periksa Perjanjian Baru Matius
23:13-15; I Thessalonika 2:14-16; Titus 1:14; Lukas 3:8-9; dan Kitab
Wahyu 3:9).
Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’
Semua
orang non-Yahudi dari segala ras dan agama apa pun menurut Talmud
adalah super-sampah’, begitu menurut pendiri Habad-Lubavitch, Rabbi
Shneur Zalman. Analisanya ditemukan di dalam majalah Yahudi ‚The New
Republic’, yang dalam analisisnya menyatakan bahwa, “… ada ironi besar
dalam pandangan universalisme messianik yang baru pada gerakan Habad
khususnya pandangannya tentang kaum ’goyyim’ yakni pernyataan Habad yang
tanpa tedeng aling-aling berisi penghinaan bernada rasial terhadap kaum
‘goyyim ‘. …berdasarkan pendapat para theolog Yahudi pada abad
pertengahan – terutama sekali pemikiran penyair dan filosuf Judah
Ha-Levi pada pada abad ke-12 di Spanyol, dan tokoh mistik Yahudi Judah
Loewe pada abad ke-16 di Praha – mereka mencari ketetapan mengenai
keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras dan bukannya pada keunggulan
kerohanian … menurut pandangan mereka, secara mendasar kaum Yahudi itu
lebih unggul atas ras mana pun, dan mengenai hal itu ditegaskan
berulangkali dalam bentuk yang sangat ekstrim oleh Shneur Zalman dari
Lyadi.
Pendiri
Lubavitcher-Hasidisme itu mengajarkan, bahwa ada perbedaan hakiki
antara jiwa orang Yahudi dengan jiwa kaum ‘goyyim’, bahwasanya hanyalah
jiwa orang Yahudi yang di dalamnya terdapat dan memancarkan cahaya
kehidupan ilahiyah. Sedangkan pada jiwa kaum ‘goyyim’, Zalman
selanjutnya menyatakan, “sama sekali berbeda, karena terciptanya memang
lebih inferior. Jiwa mereka sepenuhnya jahat, tanpa mungkin diselamatkan
dengan cara apa pun.”
Akibat
rujukan tentang kaum ‘goyyim’ menurut ajaran Rabbi Shneur Zalman, tanpa
kecuali menyebabkan adanya penyakit dalam jiwa mereka. Dzat darimana
jiwa kaum ‘goyyim’ terbuat penuh dengan “sampah” rohani. Itulah sebabnya
mengapa jumlah mereka lebih banyak daripada kaum Yahudi, karena jumlah
gabah lebih banyak daripada berasnya. Semua kaum Yahudi secara hakiki
baik, dan semua kaum ‘goyyim’ secara hakiki jahat.
“Karakterisasi
kaum ‘goyyim’ yang dinyatakan secara hakiki jahat dan dari segi
kerohanian maupun biologis lebih inferior dari kaum Yahudi, belum pernah
diralat dalam ajaran Habad masa kini”.[16]
Syari’at Yahudi Menuntut bahwa Kaum Kristen Wajib Dihukum Mati
Para
ulama Taurat menetapkan, bahwa, “Taurat mewajibkan bahwa ummat yang
benar akan mendapatkan tempatnya di Hari Kemudian. Tetapi, tidak semua
kaum ‘goyyim’ akan memperoleh kehidupan yang abadi meskipun mereka taat
dan berlaku shaleh menurut agama mereka … Dan meskipun kaum Kristen pada
umumnya menerima Kitab Perjanjian Lama Ibrani sebagai kitab yang
diwahyukan dari Tuhan, namun mereka (disebabkan adanya kepercayaan pada
apa yang disebut mereka ketuhanan pada Jesus) sebenarnya kaum Kristen
adalah penyembah berhala menurut Taurat, oleh karena itu patut dihukum
mati, dan mereka kaum Kristen itu sudah dipastikan tidak akan memperoleh
ampunan di Hari Kemudian.”
Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah
mengada-ada bila edisi Talmud Babilonia dipandang sebagai kitab suci
Yahudi yang paling otoritatif. Karena orang Kristen terperdaya oleh para
pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari kian percaya dan meminta
fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai “nara sumber yang shahih” untuk
mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab Perjanjian Lama, yang
tanpa mereka sadari berkonsultasi dengan para okultis (juru-ramal).
Yudaisme
adalah agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia, yang menjadi
sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di kemudian hari membentuk agama
Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya, seperti ‘Kabbalah’,
isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal-meramal, gematria,
nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam).
Jika
seorang Yahudi ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor ayam, membaca
mantera untuk keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di atas kepalanya
untuk memindahkan dosa- dosanya kepada ayam tersebut. Yang dapat kita
katakan mengenai hal ini tidak lain adalah takhayul dalam arti yang
sebenar-benarnya. Selanjutnya lambang Israel yang mereka sebut sebagai
“bintang Nabi Daud” sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi
Daud a.s. Bintang itu adalah hexagram (bersudut enam) supranatural yang
melambangkan yantra dari androgen (kelenjar yang memberikan
karakteristik pada kaum laki-Iaki), yang dihubungkan dengan para Khazar
Bohemia pada abad ke-14.
Penyesatan
publik dengan penggunaan nama “negara Israel” yang didirikan pada tahun
1948, merupakan buah hasil persekongkolan antara kaum Bolshevik-Yahudi
dengan kaum Zionis yang atheis; nama itu tidak ada sangkut-pautnya
dengan kelanjutan kerajaan Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui
pcngakuan pertama di PBB yang diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet
Joseph Stalin).
Kaum
Kristen akan lebih terbuka matanya bila berkunjung ke komunitas Yahudi
Hasidik menonton acara ‘Purim’, dimana sebuah patung serupa Halloween
meloncat-loncat (seperti ‘jailangkung’). Meskipun upacara ‘Purim’ itu
merujuk kepada Kitab Esther yang disebutkan sebagai nash dasarnya, dalam
prakteknya upacara ‘Purim’ tidak lain adalah sebuah tradisi kaum kafir
Bacchan.[17]
Para
rabbi orthodoks menggunakan kutukan, mantra, imej, dan sebagainya, yang
mereka anggap lebih besar kuasanya dari kuasa Tuhan. Kesesatan itu
mereka ambil dari ajaran Sefer Yezriah, (sebuah buku tentang ilmu sihir
kaurn Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat menyaksikan ulangan perilaku
paganisme Babilonia kuno setiap kali mereka mengamati ritual para rabbi
agama Yudaisme.[18]
Dengan
mengetahui ajaran Talmud yang menjadi dasar konstitusi prinsip, dan
arah kebijakan negara dan pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa
negara Israel sangat arogan dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.
Referensi :- Loos Baudoin, “An Interview of Illan Pappe”
- Jewish Press, 9 Juni 1989, h.56B.
- Program CBS 60 Menit “Kahane”.
- The New York Daily News, 26 Februari 1994, h.5.
- The New York Times, 6 Juni 1989, h.5.
- The New York Daily News, 28 Februari 1994, h.6.
- The Heshronot Ha”shas’, Cracow, 1894.
- Aryeh Kaplan, ed., ‘Maimonides’ Priciples’, Union of Orthodox Jewish Congregation of America, h.3.
- Maimonides, Mishnah Torah’, Moznaim Publishing Corporation, Brooklyn, New York, 1990, Chapter 10, English version, h.184.
- Ibid., Chapter 10, h.184.
- Herbert Danby, translator, ‘The Code of Maimonides’, vo1.10, Yale University Press, New Haven, 1954, h. 8-9.
- Judaism on Trial’, h.26.
- Judaism on Trial’, h.28.
- Tikkun, ‘Bimonthly Jewish Critique, edisi May-June, 1994.
- William Popper, ‘The Censorship of Hebrew Book’, h.59.
- The New Republic’, Edisi 4 May 1992; juga Roman A.Foxbrunner, ‘Habad: The Hasidism of Shneur Zalman of Lyadi’, Jason Aronson, Inc., Northvale, New Jersey, 1993, h. 108-109.
- “Kepercayaan takhayul perayaan itu diwarisi dari nenek-moyang orang Yahudi’” Canadian Jewish News edisi November 16, 1989, h.58
- Israeli Mcchon-Mamre Website, August 7, 1999; Hayyim Vital St., Jerusalem, (Mechon-Mamre adalah kelompok kecil sarjana Taurat di Israel cf. Indra Adil dan Bambang E.Budhiyono, eds., ‘Skenario Besar Penghancuran Bangsa-bangsa’, Mimeograf, barani.net, Jakarta, Desember 2000).