JAYA WIJAYA
Raden Wijaya Pembangun Dinasti Brawijaya, Mempersatukan Nusantara
Alkisah, telah tersurat dalam prasasti bahwa Singhasari telah
berhasil dikuasai oleh Jayakatwang yang selanjutnya mengangkat diri
sebagai Raja, peristiwa besar dalam sejarah yang terjadi pada tahun
1292.
Ada seberkas cerita yang benar-benar menggemparkan, seusai perang
berkecamuk,putra menantu Prabu Kertanegara, yaitu Raden Wijaya berhasil
meloloskan diri dari kejayaan musuh, serta menyeberangi lautan dan
minta perlindungan kepada Adipati Wiraraja di Sumenep.
Berkat
usaha Adipati Wiraraja, Raden Wijaya berhasil mendapat pengampunan
Jayakatwang yang kemudian mendapat bumi perdikan di daerah Tarik.
Rimba raya yang penuh dengan pepohonan besar tampak gelap di siang hari, semakin gulita di malam hari.
Konon ada sebagian hutan yang tidak terlindungi oleh pepohonan, oleh
karenanya di saat purnama sinar Sang Candra menembus menerangi tengah
hutan, maka bumi perdikan juga disebut Tarang Bulan yang kemudian
berubah menjadi Trowulan.
Rimba raya segera buka menjadi desa serta disebut Majapahit, suatu
nama sebagai catatan sejarah bahwa pada saat itu Raden Wijaya dan
keluarganya sedang mendapat cobaan yang pahit, kebetulan pula di situ
banyak terdapat pohon maja yang rasanya pahit.
Secara
lahir, tampaknya Raden Wijaya tunduk kepada Shri Jayakatwang, namun
dalam batin tak henti-hentinya Raden Wijaya berusaha untuk mendapatkan
kembali kerajaan yang telah diduduki oleh Jayakatwang.
Dalam hal ini bukanlah kepentingan pribadi yang dikejar oleh Raden
Wijaya, tetapi mengharap dipulihkannya cita-cita Kertanegara untuk
mempersatukan nusantara setapak mundur menggapai cerita yang tergusur.
Kembali Duta dari Negeri Cina yang bernama Meng Khi telah kembali ke
negerinya dengan serta merta melapor kepada Shri Khu Bilai Khan tentang
perjalanannya, tentang suka dukanya, tentang segala sesuatunya, terutama
penyiksaan terhadap dirinya yang dilakukan oleh Kertanegara. Bagaikan
pedang dami tersu-lut api, berkobarlah kemarahan Shri Khu Bilai Khan,
tanpa menunda segera mengumpulkan bala tentaranya menyerang ke Raja
Jawa.
Raden Wijaya yang mendengar bahwa akan datang tentara Tartar dari
Cina segera menyusun siasat. Dengan cerdik Raden Wijaya mampu meyakinkan
tentara Tartar, sehingga tidak jadi menyerang Kertanegara almarhum,
bahkan secara bersama-sama kemudian menyerang Jayakatwang yang dianggap
sebagai Raja Jawa.
Barisan
tentara Tartar yang tiada putus-putusnya bagaikan Naga Raksasa yang
siap memangsa musuhnya. Di sisi lain ditambah dengan murkanya Raden
Wijaya dan bala tentaranya, bagaikan banteng mengamuk, sehingga,
sehingga tentara Kediri dibantai habis-habisan porak poran-da bagai
glagah yang terinjak-injak gajah, Jayakatwang kalah dan gugur di medan
laga.
Perang telah selesai, tentara Tartar bersukaria merayakan
kemenangannya, sehingga meninggalkan kewaspadaannya, mereka
bermabuk-mabukan minum toak. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Raden
Wijaya untuk menghancurkan tentara Tartar, kacau balau pasukan Tartar,
mereka dibumi hangus, yang sempat hidup dikejar-kejar menuju laut
dikejar sampai tepi menyelamatkan diri naik ke perahu, berlayar kembali
ke negerinya.
Raden Wijaya segera dinobatkan menjadi Raja di Majapahit yang
tercatat dalam kekidungan “Purneng Kartikamasa panca dasi sukleng
catur” serta menggunakan masa kebesaran Shri Narpati Kertajasa
Jayawardhana.
Ayam berkokok mengalun diwaktu pagi bagai mengiringi dinobatkannya Raden Wijaya Sang “Ayam Jantan” dari Timur.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi
Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:
BANJARAN MAJAPAHIT, Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Jawa Timur,
Drs. BUDU UDJIANTO, dkk, Surabaya; 1993, Episode 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada
Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.