Rd.Adi Kusuma

Rd.Adi Kusuma

Minggu, 21 Oktober 2012

Penduduk dunia makin tidak percaya Tuhan






Penduduk dunia makin tidak percaya Tuhan




Jatah umur dunia kian berkurang, manusia di Bumi ini bukannya makin beriman. Bahkan, sebaliknya, tingkat kesholehan mereka terus merosot, seperti hasil penelitian lembaga jajak pendapat WIN Gallup.

Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Kamis (9/8), berdasarkan riset itu, banyak penganut Katolik di Irlandia dalam beberapa tahun terakhir murtad. Mereka sebelumnya ta'at beragama kini berkiblat pada kepercayaan yang sedang digemari, seperti saintologi dan kabbalah.

Menurut Sinead Mooney, Wakil Direktur RED C, lembaga riset berkantor di Ibu Kota Dublin, Irlandia, ada sejumlah faktor menyebabkan tingkat keimanan menurun di Irlandia. "Faktor paling berpengaruh yakni skandal gereja pada periode jajak pendapat itu dibuat," katanya. Penjelasan Mooney merujuk pada kasus pelecehan seksual anak oleh para pastor yang membuat citra Katolik Roma menurun.

Tingkat keimanan rata-rata penduduk di 57 negara sekitar 59 persen turun dari survei serupa tujuh tahun lalu. Bahkan, ada yang sampai menjadi ateis atau tidak mempercayai Tuhan. Jajak pendapat Gallup menemukan kaum ateis di seantero dunia bertambah tujuh persen dan pertumbuhan paling cepat terjadi di Prancis.

Berdasarkan hasil studi Gallup, negara dengan tingkat religiusitas tinggi, yakni Ghana 96 persen, disusul Nigeria (93 persen), dan Macedonia (90 persen). Negara berpenduduk paling tidak percaya Tuhan adalah Jepang 31 persen, diikuti Republik Ceko (30 persen), dan Prancis (29 persen).

Afrika menjadi kawasan paling beriman dan mereka masih menyebut diri mereka percaya pada Tuhan yakni 89 persen. Diikuti Amerika Latin (84 persen), Asia Selatan (83 persen), dan dunia Arab (77 persen).

Kawasan dengan iman rendah ada di Asia Utara sebesar 17 persen, Asia Timur (39 persen), Amerika Utara (57 persen), Eropa Barat (51 persen), dan Eropa timur (66 persen).

Tingkat keta'atan juga demikian. Khusus agama Islam, muslim Irak ternyata lebih saleh dibanding negara lain.

Muqtada al-Sadr, tokoh anti-Amerika


Muqtada al-Sadr, tokoh Syiah anti-Amerika



Gaya bicaranya meletupkan semangat. Sikap politiknya jelas, dia anti-Amerika Serikat dan pendudukan negara adidaya itu di negeri tercintanya, Irak.


Muqtada al-Sadr mendapat gelar Sayyid di depan namanya, menjadi tanda dia punya garis keturunan Nabi Muhammad. Dia menganut Islam Syiah dan kerap bersinggungaan dengan pemerintah Irak.

Lelaki bertubuh gempal ini membentuk milisi diberi nama Tentara Mahdi. Pasukan itu sering bentrok dengan pasukan Amerika dan pasukan pemerintah Irak. Pada 2006, keluar surat penangkapan untuk dia. Sadr dituding membantai kaum Sunni. Sadr mengasingkan diri ke Iran setahun kemudian, seperti dilansir BBC.

Awal tahun lalu, Sadr kembali ke negaranya berkat peran milisi setianya perlahan menyusup ke pemerintahan dipimpin Perdana Menteri Nuri al-Maliki. Pada 2008 Tentara Mahdi memang diminta untuk melucuti senjata dan membubarkan diri. Selain itu, mereka diberikan kesempatan bergabung dalam pemerintahan. Syiah diberi jatah tujuh menteri dan 39 kursi di parlemen.

Sadr memutuskan masuk pemerintahan dipenuhi semangat baru membentuk Irak lebih baik. "Tapi kita tetap pejuang. Lawan keserakahan dengan sesuatu berarti," ujarnya memberi pidato di Kota Najaf dikeramatkan kaum Syiah sejagat selain Karbala.

Garis keras Sadr perlahan melunak seiring perkembangan politik di negerinya. Dari negeri Mullah, dia tetap memantau Sunni dan Wahabi mulai melunak sikapnya terhadap Syiah. Untuk itu dia menyerukan pendukungnya lebih displin dan tidak meneriakkan slogan-slogan membakar rasa marah saudara seiman itu.