"Kadang-kadang
Allah Swt memperlihatkan padamu alam Malakutnya yang ghaib, dan (namun)
Allah Swt menutup dirimu dari melihat rahasia-rahasia hambaNya."
Diantara
kasih sayang Allah Swt pada hamba-hambaNya, terkadang, Allah Swt
membuka rahasia-rahasia alam malakut pada si hamba itu, berupa rahasia
ilmu pengetahuan dan detail kema’rifatan, sampai nyata betul, bahkan
anda pun meraih apa yang tak bisa dibayangkan oleh mata, tak pernah
terdengar telinga dan tak pernah muncul dalam intuisi sekali pun. Namun
pada saat yang sama, Allah Swt, justru menutup rahasia-rahasia yang ada
pada hamba-hambaNya, karena rahmat dan cintaNya kepadaMu agar kalian
tidak terpedaya oleh pandangan meneliti rahasia para makhlukNya dan
hamba-hambaNya. Allah Swt sedang memberikan pelajaran mulia kepadamu
dengan cara menghindarkan dirimu memandang rahasia makhluk lain.
“Barang siapa yang dibukakan Allah Swt rahasia-rahasia
hambaNya, namun orang itu tidak berakhlak dengan Rahmat Ilahiyah, maka
wujud penglihatan rahasia itu justru akan menjadi fitnah (cobaan) bagi
dirinya sendiri, dan menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya cobaan
bencana baginya.”
Banyak orang yang dibukakan oleh Allah
Swt, tentang rahasia-rahasia hambaNya, namun betapa orang itu malah
mendapat cobaan yang serius, hanya karena ia sendiri tidak menerapkan
Akhlaq Rahmat Ilahiyah. Diantara cobaan yang muncul adalah tragedi
ruhaninya sendiri berupa kesombongan, kekaguman pada diri sendiri, dan
memanfaatkan nya untuk kepentingan duniawinya.
Padahal rahasia
Allah itu ditampakkan padanya, agar ia menjalankan fungsi Rahmatan
Lil’alamin melalui akhlak Rahmat Ilahiyahnya, sebagaimana dikatakan oleh
Ibnu Athaillah as-Sakandary.
Orang yang berakhlak dengan Rahmat
Ilahiyah adalah orang yang memiliki keluasan kasih sayang terhadap
hamba-hamba Allah Ta’ala, dan manusia merasakan hamparan kasih sayangnya
dan perilaku akhlaknya. Ia telah menjadi bapak bagi mereka. Inilah yang
diteladankan Nabi Saw, dalam Al-Qur’an, “Dan ia penuh kasih sayang
kepada kaum beriman.” (Q.s. Al-Ahzaab:43)
Sang Nabi Saw,
memaafkan orang-orang yang berbuat salah dan dosa, menyayangi dan
mengasihi orang miskin, dan menjabat tangan orang-orang yang bodoh serta
berbuat baik pada orang-orang yang berbuat buruk.
Sebab
sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mu’minin, ra, “Akhlaknya adalah
Al-Qur’an”, dan beliau membaca ayat, “Ambillah maaf, dan perintahlah
dengan baik, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Q.s.
Al-A’raaf:7).
Orang yang berakhlak demikian, berarti
ketersingkapannnya merupakan kemuliaan baginya dan rahmat bagi
hamba-hambaNya.
Jika tidak, maka ia akan teruji oleh fitnah dalam
dirinya seketika dan di akhirat kelak:
Pertama, ia merasa lebih
hebat dan lebih bersih dibanding yang lain dengan
kelebihan-kelebihannya.
Kedua, ia telah mempersempit rahmat dan kasih
sayang Allah pada hamba-hambaNya.
Ketiga, ia telah menyakiti
hamba-hamba Allah dengan membuka rahasia-rahasia kelemahannya, dan
inilah awal bencana.
Maka penyair Sufi mengatakan:
Tebarlah kasih
sayang, wahai anakku
Pada semuanya, dan lihatlah
Pada mereka
dengan mata kinasih yang lembut
Hormati yang tua, kasihi yang muda
Jagalah hak
akhlak pada setiap makhluk.