Rd.Adi Kusuma

Rd.Adi Kusuma

Jumat, 27 Juli 2012

Raden Wijaya

JAYA WIJAYA
Raden Wijaya Pembangun Dinasti Brawijaya, Mempersatukan Nusantara
Alkisah, telah tersurat dalam prasasti bahwa Singhasari telah berhasil dikuasai oleh Jayakatwang yang selanjutnya mengang­kat diri sebagai Raja, peristiwa besar dalam sejarah yang terjadi pada tahun 1292.
Ada seberkas cerita yang benar-benar menggemparkan, seusai perang berkecamuk,putra menantu Prabu Kertanegara, yaitu Raden Wijaya berhasil meloloskan diri dari keja­yaan musuh, serta menyeberangi lautan dan minta perlindungan kepa­da Adipati Wiraraja di Sumenep.
Berkat usaha Adipati Wiraraja, Raden Wijaya berhasil mendapat pengampunan Jayakatwang yang kemu­dian mendapat bumi perdikan di daerah Tarik.
Rimba raya yang penuh dengan pepohonan besar tampak gelap di siang hari, semakin gulita di malam hari.
Konon ada sebagian hutan yang tidak terlindungi oleh pepohonan, oleh karenanya di saat purnama si­nar Sang Candra menembus menerangi tengah hutan, maka bumi perdikan juga disebut Tarang Bulan yang kemudian berubah menjadi Trowulan.
Rimba raya segera buka menjadi desa serta disebut Majapahit, suatu nama sebagai catatan sejarah bahwa pada saat itu Raden Wijaya dan keluarganya sedang mendapat cobaan yang pahit, kebetulan pula di situ banyak terdapat pohon maja yang rasanya pahit.
Secara lahir, tampaknya Raden Wijaya tunduk kepada Shri Jayakat­wang, namun dalam batin tak henti-hentinya Raden Wijaya berusaha untuk mendapatkan kembali kerajaan yang telah diduduki oleh Jayakatwang.
Dalam hal ini bukanlah kepen­tingan pribadi yang dikejar oleh Raden Wijaya, tetapi mengharap dipulihkannya cita-cita Kertanegara untuk mempersatukan nusantara seta­pak mundur menggapai cerita yang tergusur.
Kembali Duta dari Negeri Cina yang bernama Meng Khi telah kembali ke negerinya dengan serta merta melapor kepada Shri Khu Bilai Khan tentang perjalanannya, tentang suka dukanya, tentang segala sesuatunya, terutama penyiksaan terhadap dirinya yang dilakukan oleh Kerta­negara. Bagaikan pedang dami tersu-lut api, berkobarlah kemarahan Shri Khu Bilai Khan, tanpa menunda segera mengumpulkan bala tentaranya menyerang ke Raja Jawa.
Raden Wijaya yang mendengar bahwa akan datang tentara Tartar dari Cina segera menyusun siasat. Dengan cerdik Raden Wijaya mampu meyakinkan tentara Tartar, sehingga tidak jadi menyerang Kertanegara almarhum, bahkan secara bersama-sama kemudian menyerang Jayakatwang yang dianggap sebagai Raja Jawa.
Barisan tentara Tartar yang tiada putus-putusnya bagaikan Naga Raksasa yang siap memangsa musuh­nya. Di sisi lain ditambah dengan murkanya Raden Wijaya dan bala ten­taranya, bagaikan banteng mengamuk, sehingga, sehingga tentara Kediri dibantai habis-habisan porak poran-da bagai glagah yang terinjak-injak gajah, Jayakatwang kalah dan gugur di medan laga.
Perang telah selesai, tentara Tartar bersukaria merayakan keme­nangannya, sehingga meninggalkan kewaspadaannya, mereka bermabuk-mabukan minum toak. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk menghancurkan tentara Tartar, kacau balau pasukan Tartar, mereka dibumi hangus, yang sempat hidup dikejar-kejar menuju laut dikejar sampai tepi menyelamatkan diri naik ke perahu, berlayar kembali ke negerinya.
Raden Wijaya segera dinobatkan menjadi Raja di Majapahit yang ter­catat dalam kekidungan “Purneng Kartikamasa panca dasi sukleng catur” serta menggunakan masa kebe­saran Shri Narpati Kertajasa Jayawardhana.
Ayam berkokok mengalun diwaktu pagi bagai mengiringi dinobatkannya Raden Wijaya Sang “Ayam Jantan” dari Timur.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  BANJARAN MAJAPAHIT, Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Jawa Timur, Drs. BUDU UDJIANTO, dkk, Surabaya; 1993, Episode 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada
Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.